Selamat kepada para pemenang Future Leaders Connect  2018!

Empat dari sembilan finalis terpilih untuk mewakili Indonesia di acara puncak Future Leaders Connect di UK.

Berikut adalah profil mereka (dari kiri ke kanan):

Angga D. Martha

Angga bekerja sebagai UN Youth Adviser for The Sustainable Development Goals (SDGs) Implementation in Indonesia, dan sebagai penghubung antara pemerintah Indonesia dan PBB di Indonesia untuk koordinasi dan mobilisasi anak muda seputar kesadaran dan implementasi agenda SDG di 2030.

Angga lulus dari Fletcher School of Law and Diplomacy di Tuft University dan penerima beasiswa LPDP. Selain itu, Angga juga penerima SDG-focused Blakeley Foundation Fellowship dan meraih Fletcher School Honos Civicus Civic Engagement Award. Pada tahun 2017 Angga dianugerahi Tufts University President’s Awards for Civic Life dan menjadi Indonesian Ambassador’s Award for Excellence by the Indonesian Ambassador to the United States pada tahun 2016.

Angga juga salah satu pendiri Cohort 2030, sebuah perkumpulan pemuda dari seluruh dunia yang telah menjadi penggerak untuk mencapai tujugan-tujuan SDG, dan Angga juga terpilih menjadi salah satu anak muda dari Asia Tenggara untuk ikut dalam diskusi meja bundar di Singapura pada tahun 2018 bersama mantan Presiden Obama.

Angga mempunyai visi untuk mengedepankan kemajuan yang berkelanjutan dengan memanfaatkan keuntungan demografi, mengembangkan potensi kaum muda, dan perluasan lahan publik.

Tara Puspitarini Sani

Tara merupakan seorang direktur sains di Alzheimer's Indonesia (ALZI) dan lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya di mana kini dia berkerja. Pada tahun 2016, Tara menerima beasiswa ke Inggris untuk melanjutkan studi Master di bidang Dementia di UCL Institute of Neurology dan menjadi relawan di St. Joseph's Hospice.

Aktivitas Tara di ALZI dan Atma Jaya adalah untuk secara aktif mengadvokasi mereka yang menderita demensia dan juga yang merawatnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Termasuk  lebih dari 140 kali kegiatan edukasi dementia dan capacity-building untuk para perawat, tenaga kesehatan, pelaja, dan komunitas lainnya. Selain itu juga merancang prosedur untuk peneliti yang ingin bekerjasama dengan ALZI untuk menjalankan penelitian yang baik dan beretika. Tara juga berkontribusi dalam pembuatan panduan dementia nasional dan World's Alzheimer's Report di tahun 2016.

Saat ini Tara juga berperan sebagai Project Lead dari Indonesia di Strengthening Responses to Dementia in Developing Countries (STRiDE), sebuah program kerjasama dari berbagai negara. 

Tara mempunyai mimpi ada perubahan global yang memungkinkan penderita dementia untuk bisa terlibat dalam masyarakat melalui kebijakan yang kuat dan dengan dukungan bukti-bukti. 

Tara berpendapat ini perlu dilakukan untuk mendukung kerjasama antar sektor dalam rangka mengatasi isu-isu penuaan terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan berkembang.

Isti Toq'ah

Isti berasal dari Balikpapan dan mulai menjadi aktifis perdamaian sejak tahun 2009. Kini bermukim di Jakarta, Isti fokus pada rekomendasi kebijakan untuk grup minoritas kepercayaan/keagamaan yang belum sepenuhnya diakui oleh pihak berwenang. 

Isti meyakini bahwa kedamaian yang berkelanjutan adalah sesuatu yang dapat diwujudkan karena pemikiran manusia pada dasarnya adalah kedamaian. Oleh karenanya, kedamaian harus dimulai dari pemikiran setiap orang.

Isti memperoleh dual-master-degree dari United Nations Mandated University for Peace di Costa Rica dan Ateneo de Manila University 

Filipina yang didukung oleh beasiswa Asian Peacebuilders Scholarship of Nippon Foundation. Hampir selama tiga tahun Isti bekerja sebagai peneliti dan asisten administratif untuk LetJend (Purn.) Agus Widjojo, mantan wakil MPR RI dan gubernur LEMHANAS saat ini. Di posisi ini Isti memberikan berkontribusi untuk Center for Strategis and International Studies (CSIS) dan Center for Policy Studies and Strategis Advocacy (CPSSA).

Isti adalah pendiri dan pimpinan Pendidikan Damai Indonesia (PANDAI) dan menjadi relawan di Community for Interfaith and Intercultural Dialogue (CINTA) Indonesia. 

Hanif Falah

Hanif mempunyai mimpi di mana keberlanjutan (sustainability) menjadi sebuah norma di sektor privat. Hanif meraih gelar MSc dari Imperial College London di jurusan Environmental Technology and Policy. Sekembalinya ke Indonesia, Hanif bergabung dengan Indonesia

Business Council for Sustainable Development (IBCSD) sebagai peneliti. Saat ini Hanif bekerja di Golden Agri-Resources (GAR), perusahaan kelapa sawit kedua terbesar di dunia, sebagai sustainability policy and compliance pecialist. Di sana dia hadir untuk memastikan kebijakan GAR dalam bidang sustainability sudah diterapkan.

Sejalan dengan posisi Indonesia sebagai penghasil dan pengekspor minyak kelapa sawit terbesar di dunia, kondisi ini menghadirkan masalah yang rumit antara konservasi alam dengan pembangunan ekonomi karena 40% lahan tanam dikuasai oleh pemilik lahan kecil. Hanif percaya bahwa kebijakan yang baik dan implementasinya adalah kunci untuk mencapai keseimbangan. 

Saat ini Hanif mengelola pengembangan dua kebijakan yang pertama ada di Indonesia yaitu: kebijakan bisnis dan hak asasi manusia dan kebijakan energi. Dia juga mengelola sebuah proyek untuk membantu para pemilik lahan kecil mendapatkan sertifikasi.

Hanif merupakan finalis di debat di Asian Debating dan mewakili universitasnya di debat tingkat internasional. Dia juga menjadi relawan yang mengajarkan ilmu debat kepada pelajar sekolah menengah atas di Jawa Timur. Hanif menyukai travel dan sudah mengunjungi 12 negara dalam program Erasmus Mundus Exhange di mana dia terinspirasi melakukan perjalanan backpacker.