Dari kiri ke kanan: Joos Meikhel Gaghenggang - Gandrie Ramadhan Apriandito - Felippa Ann Amanta - Marcella Wijayanti  - Hana Hanifah -  Ayu Kartika Dewi - Nurul Maretia Rahmayanti - Dina Novita Sari - Irfan L. Sarhindi

Di bulan Oktober, empat dari sembilan finalis akan ikut dalam pelatihan kepemimpinan di Inggris dan berkesempatan untuk berinteraksi dengan para pemimpin tingkat dunia. Di sana mereka juga ikut serta dalam konferensi yang diadakan di Houses of Parliament dan para peserta juga akan mendiskusikan isu-isu penting tingkat global yang dihadapi oleh generasi muda.

Berikut adalah profil sembilan finalis yang berhasil masuk babak final:

Joos Meikhel Gaghenggang

Joos tinggal di Jakarta dan bekerja sebagai Kepala Sub-divisi Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan di Kementrian Keuangan. Joos memegang gelar S1 Teknik Informatika dari Universitas De La Salle Manado dan S2 Business Process Management dari Queensland University of Technology, Brisband, Australia.

Selama studinya di Brisbane (2013-2014), Joos aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan berjejaring. Terimasuk menjadi ketua anggota pengembangan asosiasi pelajar Indonesia di Australia, menjadi Brisbane International Student Ambassador, berpartisipasi di ASEAN-Australia Youth Summit, ASEAN Future Leaders Summit, dan G20 Leaders Summit. Joos juga berpartisipasi dalam kegiatan relawan baik di kampus ataupun di lingkungan sekitar.

Sekembalinya dari Australia, Joos terlibat di pengembangan komunitas, dan ketika menjadi anggota Young Southeast Asian Leaders Initiative, Joos berkontribusi dalam peningkatkan mutu proses legislatif kota dan pemerintahan. Sebagai staff pemerintahan, Joos juga berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan teknologi informasi nasional, khususnya dalam penyusunan draf kepresidenan untuk e-government dan sistem transaksi elektronik.

Berkaitan dengan perubahan global, Joos meyakini bahwa Internet of Things (IoT) memiliki peran yang siginifikan dalam pengembangan ekonomi khususnya dalam mentransformasi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan dunia.

Gandrie Ramadhan Apriandito

Gandrie adalah seorang perencana transportasi dengan pengalaman yang luas di bidang perencanaan transportasi dan pengembangan bus transit cepat. Gandrie memegang gelar Teknik Sipil dari ITB dan Transport Planning dari Leeds University.

Gandrie sekarang ini berkerja di Jakarta untuk ITDP Indonesia sebagai transport associate. Dia juga bekerjasama dengan Transjakarta untuk memberikan bantuan teknis dalam perencanaan BRT dan analisa perbaikan rute, desain halte dan akses pejalan kaki. Bantuan teknis yang diberikan telah meningkatkan jumlah penumpang harian sebesar 30% di tahun 2016. 

Sekarang ini peranan Gandrie juga difokuskan pada transportasi tanpa mesin untuk menghadirkan jaringan jalur pejalan kaki dan sepeda yang berkesinambungan. Untuk ini, Gandrie bekerjasama dengan pihak pemerintahan dalam pengawasan desain dan implementasinya.

Gandrie meyakini bahwa kota dibangun untuk manusia, dan oleh karenanya, setiap pembangunan kota harus menempatkan manusia sebagai pusatnya. Keyakinan ini membawa Gandrie untuk bisa mewujudkan kota yang ringkas, mudah diakses oleh pejalan kaki, dan menggunakan model mixed-use development dan memiliki layanan transportasi yang memadai. Untuk itu, dia terus mendorong kota-kota di Indonesia untuk menerapkan rencana jangka panjang yang tepat guna untuk menciptakan mobilitas yang efisien.

Felippa Ann Amanta

Termotivasi dari gairahnya untuk melakukan perubahan sosial, khususnya untuk wanita, Felippa memutuskan berkarir di bidang pembuatan kebijakan dan aktivisme. Selama kuliah di Fakultas Sosiologi UC Berkeley, Felippa ikut dalam program 'White House Initiative on Asian Americans and Pacific Islanders' di Washington. Selain itu dia juga ikut dalam Komisi Nasional untuk UNESCO di Jakarta. Tak lama setelah lulus S1 (high-distinction) di tahun 2015, Felippa bergabung di departemen pusat penelitian kebijakan, Centre for the Study of Child Care Employment (CSCCE).

Di tahun 2017, Felippa membawa pengalaman internasionalnya ke Indonesia dan terlibat langsung dalam peningkatan kapasitas dan pemberdayaan wanita dan kaum muda dengan bekerja sebagai Programme Associate di Women and Youth Development Institute of Indonesia (WYDII) Surabaya. Di sana Felippa berhasil mengembangkan dan menjalankan program pelatihan untuk ratusan wanita di seluruh Indonesia, termasuk calon legislatif dan para aktivis. Dari pelatihan ini mereka diharapkan bisa lebih meningkatkan peranannya dalam dunia politik sekaligus meningkatkan kemampuan memimpinnya. 

Cita-cita Felippa untuk perubahan adalah dengan merealisasikan UN Sustainable Development Goals, khususnya di bidang kesetaraan gender melalui kekuatan masyarakat dan komunitas.

Marcella Wijayanti

Marcella yang kini tinggal di Jakarta, bekerja sebagai penasehat muda untuk kebijakan di bidang ekonomi di istana negara, di mana dia membantu pemerintahan Joko Widodo dalam mengurangi ketimpangan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Marcella banyak membantu dalam pembuatan rancangan kebijakan mulai dari revitalisasi sekolah kejuruan, uang tunai untuk makanan bagi rakyat miskin, pilihan investasi untuk pekerja migran Indonesia, sampai dengan turisme.

Marcella memegang gelar MA in Education Economics dari University College London dengan dukungan beasiswa dari pemerintah. Marcella bergabung dengan Indonesia Mengajar tak lama setelah dia menyelesaikan studi S1-nya dari Universitas Gadjah Mada di 2011.

Di kala itu, Marcella mengajar di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur dan mengajar di sekolah dasar. Di sana pula Marcella mempelopori pelatihan mengajar yang inovatif dengan melibatkan lebih dari 2000 guru.

Marcella memiliki cita-cita untuk mengurangi jumlah orang miskin di dunia, dan setelah lima tahun bekerja di lembaga-lembaga pembuat kebijakan, Marcella meyakini bahwa kemudahan akses terhadap makanan bergizi dan pendidikan yang bermutu menjadi kunci untuk memerangi kemiskinan dan ketimpangan penghasilan.

Hana Hanifah

Hana adalah peneliti Program Studi ASEAN dari Habibie Centre Jakarta. Hana terlibat di beberapa proyek, termasuk pembuatan buku panduan untuk mempromosikan perdagangan dan investasi di ASEAN; rekomendasi kebijakan untuk memberantas perdagangan manusia; dan pengembangan sebuah inisiatif untuk mengadvokasi peranan gender dalam kebijakan penanggulangan kekerasan ekstrimisme (CVE).

Hana mempunyai semangat yang tinggi untuk mengintegrasikan analisa gender dalam mengembangan CVE yang lebih baik, dan ini sejalan dengan visinya untuk mengakhiri kekerasan ekstrimisme dengan pencegahan radikalisme yang lebih efektif.

Hana juga seorang donor dan relawan di Adik Asuh Suryanara, sebuah organisasi untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung agar bisa meraih pendidikan tinggi. Hana mengembangkan organisasi ini dengan para penerima bantuan beasiswa dari Indonesian Education Scholarships, di mana ia juga berhasil membangun sebuah jembatan di desa Pedes, Banten, sebagai bagian dari proyek pengembangan masyarakat (community outreach project). 

Di bidang pendidikan, Hana memperoleh gelar MSc International Political Economy, dari London School of Economics and Political Science. Sedangkan gelar Sarjana Ilmu Sosial diraihnya dari fakultas Hubungan Internasional, Universitas Indonesia.

Ayu Kartika Dewi

Ayu bermimpi untuk dapat melihat dunia yang lebih damai. Tiga kata kunci dirinya adalah empati, toleransi, dan solidaritas. Ayu memegang gelar MBA dari the Fuqua School of Business, Duke University, yang didapatkannya atas dukungan beasiswa Fulbright dan Keller Scholarship. Setelah lulus, Ayu bekerja selama lima tahun di Procter & Gamble, menjadi guru SD di pulau terpencil (Indonesia Mengajar), dan dilanjutkan dengan bekerja di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan pengendalian (UKP4). Ayu juga bekerja sebagai konsultan di McKinsey & Company serta menjabat sebagai kepala pengembangan kota di kantor gubernur DKI Jakarta. 

Di tahun 2012 Ayu turut mendirikan SabangMerauke, sebuah organisasi non-profit yang menjalankan program pertukaran pelajar dalam negeri. Di sini anak-anak sekolah tingkat SMP tinggal bersama keluarga angkat yang memiliki latar belakang etnis dan/atau bagama yang berbeda. Ketika para pelajar tersebut kembali ke daerahnya; mereka berperan sebagai duta perdamaian di lingkungannya. Berkat perannya, Ayu terpilih sebagai satu dari sepuluh perempuan inspiratif di Wardah 10 Inspirational Women in Education 2017. Selain itu, SabangMerauke juga telah mendapatkan beberapa penghargaan dan cukup sering tampil di media nasional dan internasional.

Saat ini Ayu bekerja sebagai Managing Director di Yayasan Indika, sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada isu-isu keberagaman dan nasionalisme. Ayu tinggal di Jakarta dan di waktu luangnya ia menikmati menyelam, travel, membaca buku, memainkan biola, piano, dan gitar. Belakangan ini Ayu sedang menekuni Krav Maga, yoga, dan improv.

Nurul Maretia Rahmayanti

Nurul adalah lulusan Universitas Indonesia di bidang kesehatan masyarakat. Baru-baru ini Nurul bekerja sebagai Scientific Programme Officer di Asia Partnership on Emerging Infectious Desease Research. Nurul mengawasi penelitian Antimicrobial Resistance (AMR/Resistensi Antimikroba)  di mana penelitian ini mengevaluasi kondisi AMR terhadap obat-obatan untuk hewan dan manusia sehingga bisa digunakan untuk tindakan pencegahan dan pembuatan kebijakan pemerintah.

Penelitian ini merupakan kolaborasi dari sejumlah pusat penelitian dan institusi pemerintahan di Indonesia, Thailand, China, Vietnam, dan Laos.

Nurul tinggal di Depok dan pernah menjadi bagian dari kelompok kerja yang bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, untuk membuat laporan resmi tentang kontrol zoonosis di Indonesia. Laporan tersebut kemudian menjadi bukti untuk keluarnya Peraturan Presiden No. 116 tahun 2016.

Nurul dan kelompok kerjanya mencoba untuk mengembangkan strategi penanggulangan untuk Komisis Nasional Zoonosis dengan merekomendasikan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan sebagai penanggung jawabnya.

Semua pengalaman ini mendorong Nurul untuk fokus pada isu-isu seputar kebijakan penyakit menular terutama kontrol AMR. Nurul pun bercita-cita untuk bisa terlibat dalam gerakan internasional untuk memerangi resistensi antimikroba di dunia hewan dan juga manusia.

Dina Novita Sari

Saat ini Dina tinggal di Jakarta dan memegang gelar Master di bidang Corruption and Governance dari University of Sussex. Dina bekerja di Westminster Foundation for Democracy (WFD) Indonesia sebagai koordinator program. Dina bertanggung jawab untuk mengelola dua program, yaitu program penguatan parlemen dan program hak asasi manusia. Sebelumnya Dina bekerja di sejumlah organisasi mulai dari kantor hukum, kantor multinasional, dan organisasi non pemerintahan. 

Dina bercita-cita untuk bisa menciptakan perubahan sehingga pendidikan bisa diakses lebih mudah oleh generasi muda dimanapun mereka berada. Ini karena akses terhadap pendidikan merupakan hak setiap anak di dunia terlepas dari kewarganegaraan, gender, etnis, ataupun latar belakang lainnya. Namun sayang, tak semua anak bisa memperoleh hak mereka terhadap pendidikan baik mereka yang tinggal di negara maju ataupun berkembang seperti Indonesia.

Untuk merealisasikan cita-citanya, Dina memulai sebuah inisiatif yang dinamakan "iBeasiswa" yang bertujuan untuk membantu generasi muda mendapatkan beasiswa. Dina bekerjasama dengan timnya untuk mengembangkan sistem, kurikulum, dan proses rekruitmen untuk calon penerima beasiswa dan mentornya. Selain itu, Dina bersama timnya juga mengembangkan platform online untuk menjangkau lebih banyak penerima manfaat. Sampai dengan Februari 2017, Dina dan timnya telah mendidik secara intens lebih dari 20 orang anak muda dalam upaya mereka untuk mendapatkan beasiswa.

Irfan L. Sarhindi

Irfan lulus dari University College London dan saat ini tinggal di Cianjur, Jawa Barat. Selain menjadi penulis, Irfan juga bekerja sebagai peneliti dan dosen. Sedangkan bidang yang menjadi perhatian Irfan salah satunya adalah ceramah Islam dan radikalisme. Pada saat ini Irfan menjabat sebagai sekertaris di departemen penelitian Universitas Putra Indonesia. Dengan keterlibatannya sebagai pengurus cabang Nahdatul Ulama Cianjur, BAKOMUBIN, ICMI, dan Cianjur Creative Network, Irfan secara berkesinambungan memberikan narasi untuk menentang Islam radikal, sekaligus mengajak akan pentingnya untuk berpikir kritis dan dialog antar agama.

Hasil penelitian Irfan sudah dipresentasikan di Afternoon Talk di Universitas Oxford bersama Profesor Parker; di Konferensi Biennial pertama di Vrije Universiteit, Amsterdam; dan konferensi di Universitas Jember. Melalui kursus-kursus singkatnya, Irfan memoderenisasikan pesantren dan mengajarkan tentang keberagaman, nasionalisme, dan toleransi, kepada anak-anak dengan harapan bisa memperkuat benteng Islam yang moderat dan berbudaya. Seiiring dengan meningkatnya perhatian untuk mengatasi radikalisme, Irfan berharap dunia dapat menyaksikan pemahaman dan toleransi yang kuat antar umat beragama.