By Rizky Rahadianto, Artist, Qamerad

01 July 2025 - 09:37

Rizky Rahad/QAMERAD dan Sweatmother/Otherness Archive bersama rekan-rekan lain dalam masa residensi dan lokakarya Mei 2024.  © Dok. oleh Gloria Stephanie.
Rizky Rahad/QAMERAD dan Sweatmother/Otherness Archive bersama rekan-rekan lain dalam masa residensi dan lokakarya Mei 2024.  © Dok. oleh Gloria Stephanie. ©

© Dok. oleh Gloria Stephanie.

Menyadari pentingnya pengarsipan dan distribusi film terbuka sebagai bentuk solidaritas queer,  QAMERAD  dan Otherness Archive mencanangkan sebuah proyek yang berfokus pada film dan komunitas queer dan trans, yaitu SHARED CAMERA/DERIE: Queer Memories, Resources, and Transnational Solidarity.

Bagi yang belum mengenal kedua inisiatif ini, QAMERAD adalah sebuah kolektif yang didirikan dan dikelola bersama salah satunya oleh Rizky Rahad, seorang pembuat film, etnografer, penyelenggara program, dan penulis buku kumpulan esai QUEERS SHOOT BACK!: Essays on Radical Queer Cinema (2023). Karya-karya pribadi Rahad menjelajahi pelbagai metode penciptaan dan estetika film queer alternatif, sementara QAMERAD bertindak sebagai kolektif film queer yang kerap menggiatkan penayangan bergerilya (guerilla screening) di Bali. 

Sedangkan Otherness Archive diinisiasi oleh Sweatmother, seorang seniman dan pembuat film berbasis London yang karya pribadinya kerap menggabungkan pertunjukan, dokumentasi swadaya, hingga arsip dan rekaman internet demi mengeksplorasi dan menampakkan pengalaman kehidupan queer. Otherness Archive adalah sebuah wadah arsip visual yang mendokumentasikan film-film queer beserta para pelopornya. Wadah ini juga bertujuan untuk menentang penyensoran historis terhadap karya-karya bertema homoseksual, trans, serta rasial yang selama ini merupakan suatu bentuk keliyanan (otherness) namun sesungguhnya layak mendapatkan pengakuan setara. 

Atas dasar kesamaan visi dan latar belakang yang kuat inilah QAMERAD dan Otherness Archive dapat berkolaborasi. 

Menggali Arsip Film dan Kehidupan Queer melalui Residensi dan Lokakarya

Pada “SHARED CAMERA/DERIE”, QAMERAD dan Otherness Archive ingin merawat sebuah kerja sama jangka panjang dengan mengeksplorasi moda-moda alternatif dalam penciptaan dan distribusi film. Tujuannya adalah demi menopang dan meningkatkan solidaritas transnasional, terutama dalam lingkungan film dan komunitas queer. 

Nama kolaborasi ini pun ada sangkut pautnya dengan visi proyeknya. Frasa “CAMERA/DERIE” adalah buah permainan kata yang menggabungkan diksi “camera” dan “camaraderie,” atau suatu rasa saling percaya dan persahabatan di antara suatu kelompok yang memiliki pengalaman atau lingkungan kerja yang sama, yang relevan jika ditautkan pada sebuah inisiatif penciptaan karya film di luar arus utama dan berbasis kolektif. 

Merentang sepanjang April–September 2024, “SHARED CAMERA/DERIE” menggiatkan program residensi silang di Bali dan London. Residensi silang ini membuahkan lokakarya, pemrograman, hingga pengarsipan film sebagai komponen utama dalam praktik kolektif film. 

Sweatmother Mengampu Lokakarya tentang Arsip Film sebagai Seni juga Aksi

Pada tahap awal proyek yang berjalan di Mei 2024, Sweatmother terlebih dahulu menjalani masa mukim di Bali selama dua minggu dan mengampu tiga buah program lokakarya dengan topik yang kritis. 

Di lokakarya sesi pertama, Living Archives, Sweatmother menjabarkan penggunaan arsip sebagai sebuah bentuk karya seni, juga aksi perlawanan, oleh komunitas queer dan trans+. 

Lalu pada lokakarya sesi kedua, Trans Feminism in the Digital Age, Sweatmother mengurai berbagai cara menjalankan sebuah ruang kolektif queer yang inklusif dan berkelanjutan, serta bagaimana caranya mempraktikkan gagasan feminisme trans di dunia yang serba mengawasi, menyensor dan meliyankan komunitas dan gagasan akan trans. 

Menutup seri dengan lokakarya sesi ketiga, Collective Curations with Otherness Archive, Sweatmother memperkenalkan inisiatifnya, Otherness Archive, sebagai sumber arsip bagi komunitas queer dan trans+ dalam skala global. Kegiatan lokakarya ini berujung pada sebuah penayangan film. 

Puluhan partisipan hadir dalam program lokakarya dan penayangan ini, dengan hampir setengah dari partisipan mengidentifikasi dirinya sebagai trans atau non-biner. Demi menjamin program yang lebih inklusif dan aksesibel, program ini juga menyediakan jalur landai bagi pengguna kursi roda hingga juru bahasa isyarat dalam bahasa Indonesia dan Inggris. 

“Saya belajar banyak hal di luar pendidikan dan perspektif Barat selama masa residensi di Indonesia,” menurut Sweatmother. “QAMERAD telah memberikan wawasan tentang pengalaman hidup, budaya dan komunitas yang tidak dapat diajarkan oleh buku atau bentuk pariwisata lainnya.”

 

Suasana lokakarya di Bali yang diampu oleh Sweatmother/Otherness Archive. Peserta sedang berbincang dalam grup berisi tiga orang. © Dok. oleh Gloria Stephanie.
Suasana lokakarya di Bali yang diampu oleh Sweatmother/Otherness Archive. Peserta sedang berbincang dalam grup berisi tiga orang. © Dok. oleh Gloria Stephanie. ©

© Dok. oleh Gloria Stephanie

Suasana lokakarya di London yang diampu oleh Rizky Rahad/QAMERAD. © Dok. oleh Yacob Wilfred.
Suasana lokakarya di London yang diampu oleh Rizky Rahad/QAMERAD. © Dok. oleh Yacob Wilfred. ©

© Dok. oleh Yacob Wilfred

Rizky Rahad/QAMERAD (kanan) menghadiri dan menayangkan film di Fringe! Queer Film & Arts Fest 2024. © Dok. oleh Jonah Garrett-Bannister.
Rizky Rahad/QAMERAD (kanan) menghadiri dan menayangkan film di Fringe! Queer Film & Arts Fest 2024. © Dok. oleh Jonah Garrett-Bannister. ©

© Dok. oleh Jonah Garrett-Bannister

Rizky Rahad Berbagi tentang Estetika Queer Alternatif

Pada tahap kedua residensi silang di September 2024, Rizky Rahad bergantian menjalani masa bermukim di London selama dua minggu. 

Serupa dengan kegiatan yang Sweatmother laksanakan di Bali, Rizky mengampu tiga sesi lokakarya yang mengupas politik representasi komunitas queer, serta mencari cara menuju pembebasan kolektif yang lebih radikal. 

Memulai lokakarya dengan sesi The Queer Aesthetics of Escape, Rahad berbagi tentang pemanfaatan berbagai materi teks dan film untuk mendiskusikan estetika queer sebagai upaya membebaskan diri dari rezim kontrol, kekerasaan taraf negara, serta kooptasi politik neoliberalisme dengan tujuan untuk mencari kemungkinan alternatif dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 

Pada Sesi kedua, Restaging Queer Archives as Collective Care, Rahad mengurai beberapa praksis dan metodologi alternatif yang menumbuhkan kepedulian kolektif (collective care), disertai penayangan film Rahad, House of R3ncong (2022) dan diskusi tentang QAMERAD sebagai sebuah kolektif yang secara unik tumbuh di Bali.

Sesi ketiga, Folklore as Speculative Queer Future(s), pun amat penting dan pada kenyataannya terhubung dengan masyarakat Indonesia. Di sesi ini, Rahad mengeksplorasi tema folklor dan mitos sebagai spekulasi masa depan queer, membahas karya gambar bergerak dari Indonesia yang menolak cap identitas politik neoliberalisme, serta mengimajinasikan gagasan akan pembebasan queer dengan membaca ulang narasi-narasi tentang nonkonformitas gender di Indonesia pada masa pra-kolonialisme. 

Lokakarya ini menarik 50 partisipan dan sekitar 70% di antaranya mengidentifikasi diri sebagai trans atau non-biner. Program ini berujung pada penayangan film di Fringe! Queer Film & Arts Fest pada September 2024. 

Apa yang Rahad pelajari dari masa residensinya? “Melalui proyek ini, saya menyadari nilai-nilai berkolaborasi dengan kelompok queer dari belahan dunia lain sebagai cara untuk menutup kesenjangan peluang dan sumber daya di setiap negara dan bergerak bersama menuju pembebasan kolektif,” menurutnya. Bagi Rahad, terhubung dengan komunitas-komunitas film independen di London terasa istimewa karena ia dapat mengalami semangat berkomunitas DIY yang tak pernah ia rasakan di kawasan lain. 

Menuju Kolaborasi Baru demi Solidaritas Queer

Proyek kolaboratif ini tak hanya menciptakan wadah representatif yang lebih luas bagi komunitas queer, tapi juga membangun pondasi solidaritas lintas batas yang lebih kokoh antara komunitas queer melalui distribusi dan redistribusi sumber daya dan arsip. 

Buah residensi ini sejalan dengan tujuan Connections Through Culture yang bertujuan untuk membangun jejaring dan kolaborasi baru antar pelaku kreatif di kawasan Asia Pasifik dan Inggris yang berfokus salah satunya pada keberagaman dan inklusi. 

Dalam prosesnya, proyek ini pun melibatkan sejumlah inisiatif lain di Bali dan London, seperti Cahyati Press (Bali), Queer Indonesia Archive (Bali), hingga Atlas Cinema (London) yang kian memperkuat jejaring.

Selagi proyek ini membuka banyak peluang kolaborasi di masa depan, QAMERAD dan Otherness Archive tengah menyusun satu kategori baru dalam wadah Otherness Archive, yaitu “QUEER AS FOLK/LORE,” yang akan memuat karya-karya gambar bergerak dari Indonesia. Kategori ini menjadi langkah baru dalam mengakuisisi karya-karya tak hanya dari Indonesia, tapi juga Asia Tenggara, yang mengimajinasikan dan menspekulasikan masa depan kehidupan queer melalui folklor dan mitologi. 

Melalui jejaring yang dibangun oleh QAMERAD dan Otherness Archive di kawasannya masing-masing, proyek ini dapat melibatkan lebih banyak inisiatif, komunitas dan kolektif, menayangkan lebih banyak karya film atau gambar bergerak lain, serta mengarsipkannya dalam wadah yang terbuka.