By Penulis Astari Pinasthika Sarosa

05 January 2023 - 11:56

Merasa dirinya memerlukan tantangan dalam bekerja, Adhy Aner Benny Mangngi memutuskan untuk meninggalkan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan dan membuka usaha sendiri di bulan April 2022. Bersama temannya, Steven, Adhy menjual katering dan ayam potong ke warga sekitar. 

Awalnya, Adhy menggunakan metode word of mouth untuk menjual produk-produk StarCatering dan StarBroiler di Desa Prailiu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Lalu, temannya mengundang pemuda berusia 30 tahun ini mengikuti pelatihan Skills for Inclusive Digital Participation (SIDP) dengan British Council. 

Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan digital individu dari komunitas marginal, termasuk anak muda di daerah, perempuan, dan penyandang disabilitas, program yang didanai oleh Foreign Commonwealth and Development Office (FCDO) berhasil membantu Adhy untuk menggunakan internet secara positif. 

“Sebenarnya iseng-iseng aja karena diajak teman, saya itu awalnya tidak terlalu tertarik untuk mempelajari dunia digital,” tutur Adhy. Bersama 28 peserta lainnya, Adhy mengikuti kelas basic dan intermediate SIDP. Pelatihan yang selaras dengan program literasi digital nasional Kementerian Komunikasi dan Informatika ini berhasil mendukung Adhy dalam mengembangkan usahanya.

Selama pelatihan, Adhy belajar untuk menggunakan berbagai aplikasi digital yang tidak hanya membantu bisnisnya, namun juga untuk kegiatan sehari-hari. Salah satu aplikasi yang dipelajari adalah Canva, alat desain grafis online yang bisa membantu membuat iklan dan kebutuhan marketing lainnya.

Karena kesibukannya semakin meningkat, Adhy juga menggunakan aplikasi Google Docs untuk berkomunikasi dengan rekan usahanya. Pada saat sedang sibuk, keduanya tetap bisa memantau pekerjaan satu sama lain menggunakan aplikasi ini. Ke depannya, Adhy juga ingin mempelajari cara menggunakan Microsoft Excel untuk membantu mencatat keuangan dan hal-hal yang berhubungan dengan hitung-hitungan dalam bisnisnya. 

Adhy sekarang bisa menjangkau pembeli di luar desanya. “80 persen dari pembeli mengetahui usaha saya karena media Facebook dan WhatsApp,” jelasnya. Bahkan, Adhy sekarang memiliki pelanggan di luar kabupatennya, di Sumba Barat. Selanjutnya, dia memiliki ambisi untuk mengembangkan bisnisnya sampai ke luar Sumba.

Lalu, mengapa Adhy tidak tertarik untuk mempelajari dunia digital sebelumnya?

Pertama, Adhy merasa bahwa daerah tempat tinggalnya tidak mendapatkan jaringan internet yang baik. Karena itu, sulit untuk masyarakat di Desa Prailiu agar bisa memanfaatkan internet secara optimal.

Selain itu, kurangnya edukasi mengenai penggunaan aplikasi digital secara positif menghambat pemuda-pemuda di daerahnya untuk menggunakan internet secara bijak. Adhy melihat bahwa orang-orang sekitarnya sering menggunakan handphone hanya untuk memainkan online games. Bisnis-bisnis sekitarnya juga tidak memakai media untuk mempromosikan produk atau jasa dengan cara yang menarik.

“Sebelumnya, saya merasa media itu tidak bisa membantu saya karena melihat usaha-usaha lain yang membagikan konten yang kurang menarik,” lanjut Adhy. Namun, setelah mengikuti pelatihan SIDP, dia bisa mengetahui cara membuat iklan untuk usahanya yang bisa menarik perhatian.

Tidak hanya ingin menyimpan informasi yang telah dipelajari untuk diri sendiri, Adhy juga ingin membantu masyarakat sekitarnya. Menurutnya, masih banyak edukasi digital yang perlu disampaikan ke pemuda-pemuda di daerah. Adhy berharap dengan menyampaikan apa yang dipelajari di SIDP, dia bisa mengajak teman-temannya agar mulai menggunakan teknologi untuk hal-hal positif.