hcmf// (UK) dan Perempuan Komponis: Forum & Lab (ID) memberikan kesempatan pada empat seniman perempuan (dua berbasis di Inggris, dan dua berbasis di Indonesia) dalam ajang kolaborasi musik interdisipliner internasional.
Kini, isu mengenai keperempuanan, krisis iklim dan pengetahuan lokal kian genting dan bahkan saling terkait. Menyadari bahwa isu-isu ini dapat disuarakan melalui karya seni dan kolaborasi antarnegara, Huddersfield Contemporary Music Festival (hcmf//) dan Perempuan Komponis: Forum & Lab (Perempuan Komponis) telah bekerja sama menyelenggarakan Networking Archive.
Program ini mempertemukan empat seniman perempuan (dua seniman berbasis di Inggris, dan dua seniman berbasis di Indonesia) untuk berpartisipasi dan berkolaborasi dalam pameran dan pertunjukan musik interdisipliner bertaraf internasional.
Keempat seniman tersebut adalah Debbie Armour dan Maria Sappho dari Inggris, serta Arum Dayu dan Nadya Hatta dari Indonesia. Selama Juni–September 2024, para seniman menjalankan residensi daring secara rutin untuk mempelajari dan berkarya berdasarkan arsip dan pengetahuan lokal tentang keberlanjutan lingkungan dan krisis iklim di kedua negara.
Wadah untuk Inovasi dan Kolaborasi
Pada Networking Archive, hcmf// dan Perempuan Komponis bertindak sebagai wadah yang mendorong inovasi dan kolaborasi. hcmf// adalah festival musik baru dan eksperimental internasional terbesar di Inggris yang berlangsung selama 10 hari di setiap November. Festival ini menghadirkan berbagai acara termasuk pertunjukan, pameran, diskusi, dan lokakarya.
Selain sebagai festival, hcmf// bertujuan untuk memberikan pengalaman artistik yang unik; menjadi platform internasional untuk musik baru dan kontemporer di Inggris; serta berfokus untuk mengurangi dampak lingkungan dan mengupayakan keberlanjutan.
Sedangkan Perempuan Komponis adalah kolektif yang dibentuk atas dasar solidaritas antara komponis dan musisi perempuan dan non-biner Indonesia. Sebagai sebuah laboratorium musik, Perempuan Komponis pun mendorong eksplorasi musik yang inklusif dan plural dalam ruang yang aman, serta berupaya menelusuri pengetahuan musik komponis dan seniman perempuan Indonesia dari masa lalu hingga kini.
Menggali Arsip dan Pengetahuan Lokal
Dalam upaya mengolah arsip sebagai sumber pengetahuan dan penciptaan, keempat seniman membaurkan praktik pribadi dengan arsip-arsip yang ditemukan di The Sound Archive di The School of Scottish Studies yang menjadi bagian Edinburgh University, buku Indonesian Ornamental Design (A Pepin Press Design Book, 1998); serta gagasan “AnArchive” dari seorang teoretisi media Siegfried Zielinski yang muncul di publikasinya, AnArchive(s) - A Minimal Encyclopedia on Archaeology of the Arts and Media.
Setelah rutin menjalani residensi daring dengan menggali-gali arsip, keempat seniman menghasilkan Marlaut, sebuah proyek instalasi kolektif yang hadir di Pekan Komponis Indonesia, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, September 2024.
Karya Kolektif tentang Nasib Laut
Marlaut merupakan akronim tiga bahasa yang semuanya berarti “laut”, yaitu “mara” (Gaelik Skotlandia), “mar” (Spanyol) dan “laut” (Indonesia). Marlaut memadukan bunyi, tekstil, film, dan instrumen musik yang spesifik dari lokasi tertentu untuk menggali cerita, lagu, serta pola desain tradisional dari Indonesia, Puerto Riko, dan Inggris.
Proyek kolektif ini mendayagunakan benda-benda yang dibuang atau kerap tidak diperhatikan untuk merefleksikan gaya hidup penghasil limbah, serta membicarakan kepedulian dan pengasuhan, kehidupan domestik, serta nasib laut dan hubungannya dengan manusia.
Kolaborasi Seniman Perempuan
Masing-masing seniman berkontribusi melalui karya personal ke dalam instalasi kolektif. Arum Dayu, seniman, musisi dan pengelola kolektif, menciptakan komposisi Nyanyian Belanja Online, yang membicarakan meningkatnya sampah rumah tangga dampak dari kebiasaan belanja secara daring. Karya ini mendayagunakan rekaman bunyi proses pengiriman paket, seperti suara sapaan kurir hingga notifikasi pengiriman dengan intonasi dan karakteristik vokal yang berbeda-beda, serta suara yang berkaitan dengan proses membuka paket, seperti sobekan lakban atau plastik gelembung, serta suara motor kurir sebagai jenis kendaraan yang lazim digunakan.
Sedangkan Debbie Armour, seorang penyanyi tradisional dan seniman yang berkarya dengan bunyi, membuat The Loom, sebuah karya trimatra interaktif juga komposisi musik dengan alat tenun, tekstil, benda rumah tangga, lagu temuan, dan bebunyian lain. Dua bagian lagu tradisional Gaelik yang termasuk dalam karya ini adalah Òran an Roin, sebuah ratapan seorang perempuan anjing laut, serta Seal Woman’s Sea-Joy, sebuah lagu yang merayakan kembalinya perempuan anjing laut ke rumahnya laut.
Maria Sappho, seorang seniman dan komposer Newyorican yang bekerja di Inggris yang berfokus pada karya kolaborasi “multi-spesies” antara manusia-mesin-benda organik, menghadirkan Zemi, sepetak karpet dengan ragam pola dan simbol termasuk Taino (Puerto Riko), Indonesia, dan Celtic. Zemi bersifat interaktif di mana pengunjung dapat menapaki setiap pola untuk mengeksplorasi lagu, video hingga rekaman lapangan yang Sappho kumpulkan. Pengunjung pun dapat mengkontribusikan suaranya baik dengan berbicara dan bernyanyi di mikrofon untuk direkam dan diarsipkan.
Sappho juga menghadirkan Sapphnetics, sebuah olah instrumen buatan Sappho berbentuk sarung tangan yang beroperasi dengan medan elektromagnetik benda-benda mengandung besi yang dapat menghasilkan bunyi umpan balik yang besar dengan gerakan yang kecil.
Melengkapi Marlaut menjadi instalasi yang lebih lengkap, Nadya Hatta, seorang pianis dan komposer yang berbasis di Yogyakarta, menghadirkan Senandung Laut, sebuah komposisi yang mengolah ide tentang “ibu laut,” dan Arsip Pola, sebuah karya audio visual untuk instrumen MIDI yang menggunakan pola tradisional dari batik-batik serta sumber lain.
Marlaut merupakan karya bertumbuh. Setelah dihadirkan pada September 2024, hcmf// akan membawa Debbie Armour, Maria Sappho, Arum Dayu, dan Nadya Hatta ke Huddersfield untuk mempresentasikan Marlaut sebagai bagian dari edisi festival 2025.
Mencari Peluang Bersama di Masa Depan
Graham McKenzie, Direktur Artistik dan Kepala Eksekutif hcmf//, menyatakan bahwa “Networking Archive menyoroti ikatan yang kuat dan persahabatan yang langgeng, menjangkau berbagai benua, yang dapat tercipta dengan mempertemukan seniman dan organisasi budaya dari berbagai belahan dunia untuk menciptakan karya baru dan inovatif berdasarkan minat dan keprihatinan bersama.”
Ada pula Halida Bunga Fisandra, Ketua Komite Perempuan Komponis, yang merefleksikan bahwa “Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan untuk memperluas keragaman musik kontemporer secara global, tetapi juga berupaya menyoroti pemikiran, ide, dan pengetahuan dari komposer dan seniman musik perempuan dan non-biner dari kedua negara.”
Kolaborasi hcmf// dan Perempuan Komponis telah melahirkan proyek yang kaya akan evaluasi, potensi serta kerja sama yang mutual. Sebagai sebuah kolektif muda, Perempuan Komponis mempelajari caranya memberi keleluasaan bagi seniman namun tetap memberi dukungan penuh.
Sedangkan hcmf// merasa bahwa Networking Archive mempelajari bahwa mempertemukan seniman dalam taraf internasional dalam melahirkan karya inovatif atas dasar kesamaan gagasan.
Ke depannya, hcmf// dan Perempuan Komponis terus melanjutkan inisiatif kolaborasi, memperluas jejaring di negara masing-masing, dan mencari peluang baru secara bersama.