By Butong Idar, Nano Warsono, Seniman, Jogja Disability Arts

06 August 2021 - 09:52

Bagaimana seniman disabilitas berproses kreatif secara individual maupun berkelompok selama pandemi ini?

Bagaimana mereka memelihara kolaborasi dengan seniman non-disabilitas melalui kerja kreatif?

Melalui proyek "Netas / Incubate", Butong Idar dan Nano Warsono dari Jogja Disability Arts (ID) berkolaborasi dengan Andrew Bolton dan Lisa Tann dari Disability Murals (UK), dan melibatkan seniman mural dari Indonesia dan Inggris untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, melalui pembuat proyek mural di Indonesia dan Inggris. 

Mari simak bincang-bincang kami dengan Butong dan Nano seputar suka duka pengerjaan proyek ini dan hal baru apa saja yang dipelajari!

Bagaimana proyek anda secara keseluruhan?

Secara umum proyek ini berjalan sesuai rencana dan timeline. Walaupun ada beberapa kendala, itu kami jadikan sebagai tantangan dalam berkolaborasi. Ditambah lagi dengan situasi pandemi, kami harus bisa beradaptasi dengan situasi yang ada.

Bagaimana kolaborasinya berlangsung?

Kerjasama ini berjalan dengan baik dan kami saling memahami antara satu dan yang lain, JDA dan Disability Murals (UK). Tentu saja kami masing-masing punya kendala yang berbeda di lapangan, sehingga kerjasama ini lebih ke bagaimana membangun ide bersama, membangun kemitraan yang sustain (berkelanjutan), dan juga bagaimana memberdayakan teman-teman dengan disabilitas untuk lebih maju ke depannya dan jejaring teman-teman seniman difabel bisa terbangun lebih luas.

Apakah anda memiliki wawasan baru untuk dibagikan?

Banyak hal yang kami pelajari dan dapatkan dari proyek mural ini. Hal-hal baru itu muncul ketika kami mengerjakan proyek ini karena memang beberapa hal tidak bisa kami prediksikan sebelumnya, seperti bagaimana ketika teman-teman berkarya, antara satu dan yang lain itu tidak tahu karyanya akan seperti apa bentuknya. Kami berusaha untuk menyatukan, membuat harmoni dari karya-karya berbeda yang dikerjakan di tempat-tempat berbeda pula, sehingga menjadi satu kesatuan karya yang bagus. Dengan seperti itu kami bekerja secara terpisah tapi juga bersama-sama. Sementara Disability Murals (UK), kami banyak brainstorming mengenai ide maupun gagasan yang tentu saja kami kontekstualisasikan dengan kondisi kami di kedua negara, baik di Indonesia maupun di Inggris.

Apa saja perubahan atau hambatan yang anda alami selama proyek berjalan?

Sebenarnya proses perencanaan kami sudah dari bulan Januari 2021. Namun karena itu adalah awal tahun dan turunnya anggaran baru di bulan Maret, maka dari itu kami mencoba membuat timeline baru agar kami bisa menyesuaikan dengan jadwal yang sudah kami rencanakan.

Cara kerja baru dan inovatif apakah yang anda alami untuk pertama kalinya?

Proyek mural menjadi sebuah tantangan yang keren untuk kami karena sebelumnya mural kami kerjakan bukan dengan teman-teman difabel, melainkan dengan seniman-seniman mural seperti biasa. Tantangan pertama yaitu berkaitan dengan teknis, dan yang kedua adalah bagaimana menjelaskan atau memberikan tugas ke teman-teman bahwa mereka bisa membuat karya yang akan di pasang di ruang publik. Ini juga menjadi pembelajaran bagi kami mengenai bagaimana melibatkan teman-teman sesuai dengan porsi mereka dalam sebuah proyek, tanpa memaksakan kemampuan tapi juga memaksimalkan bagaimana mereka bisa bersama-sama berkarya dan menjadi satu karya yang sifatnya kolaboratif.

 

Gambar terdiri atas mozaik berisi sebelas foto yang merekam kegiatan para seniman di Indonesia pada saat menggambar mural, serta merekam aspek musik dalam video dokumentasi kegiatan.
Deskripsi gambar: Gambar terdiri atas mozaik berisi sebelas foto yang merekam kegiatan para seniman di Indonesia pada saat menggambar mural, serta merekam aspek musik dalam video dokumentasi kegiatan.  ©

Dok. oleh Jogja Disability Arts

Gambar berisi mozaik dari tujuh foto yang menampilkan hasil akhir proyek mural di Jogja, terpampang pada dinding lebar yang dicat berwarna biru tua dan dihiasi berbagai ilustrasi mural di atas stencil.
Deskripsi gambar: Gambar berisi mozaik dari tujuh foto yang menampilkan hasil akhir proyek mural di Jogja, terpampang pada dinding lebar yang dicat berwarna biru tua dan dihiasi berbagai ilustrasi mural di atas stencil.  ©

Dok. oleh Jogja Disability Arts

Gambar terdiri atas mozaik dari lima belas foto para seniman baik dari Indonesia maupun Inggris ketika sedang menggambar mural masing-masing.
Deskripsi gambar: Gambar terdiri atas mozaik dari lima belas foto para seniman baik dari Indonesia maupun Inggris ketika sedang menggambar mural masing-masing.  ©

Dok. oleh Jogja Disability Arts dan Disability Murals UK

Gambar berisi mozaik dari delapan foto yang menampilkan proses pengerjaan mural oleh tim di Inggris. Salah satu dari mural berisi gambar seorang perempuan berukuran raksasa yang pemasangan dan proses finishingnya dilakukan oleh beberapa orang di atas tangga scaffolding. Beberapa seniman lainnya terlihat melukis beberapa ilustrasi dengan latar belakang warna biru muda dan kuning, di bagian kanan bawah dinding.
Gambar berisi mozaik dari delapan foto yang menampilkan proses pengerjaan mural oleh tim di Inggris. Salah satu dari mural berisi gambar seorang perempuan berukuran raksasa yang pemasangan dan proses finishingnya dilakukan oleh beberapa orang di atas tangga scaffolding. Beberapa seniman lainnya terlihat melukis beberapa ilustrasi dengan latar belakang warna biru muda dan kuning, di bagian kanan bawah dinding.  ©

Dok. oleh Disability Murals UK

Apa yang Anda nantikan setelah ini?

Harapan kami yaitu akan ada kelanjutan dari kolaborasi ini dan kerja sama dengan seniman-seniman dari UK sehingga seni disabilitas akan terus berkembang.

Apakah ada potensi proyek/kerja sama baru yang ingin Anda eksplor dengan Inggris?

Kami berharap agar kerjasama ini berkelanjutan dan berkesinambungan, bukan hanya satu proyek yang sudah kami kerjakan, namun kami juga berharap akan ada proyek-proyek lain yang berkaitan dengan perupa difabel dan juga kegiatan yang berkaitan dengan dunia seni rupa. Seperti yang kita harapkan ke depannya, di akhir tahun ini, jika bisa, kami akan mengerjakan satu acara besar yaitu pameran seni rupa, yang kami harap ini juga akan berkala. Kami juga sedang merancang satu biennale untuk karya-karya seni rupa oleh seniman difabel di Indonesia, maupun dari luar Indonesia. Kami berharap dapat tetap berhubungan dengan teman-teman di UK dan teman-teman disana bisa mengirimkan karya mereka kesini untuk dipamerkan dalam acara tersebut.

Bagaimana cara Anda bertemu dengan mitra dari Inggris dan di mana Anda bertemu pertama kalinya?

Kami mencari data mengenai seniman UK dari Disability Arts Online. Kami melihat berbagai profil dan kami pilih seniman-seniman yang ada dari database tersebut. Kemudian kami hubungi dan kami berkomunikasi melalui email.

Bagaimana Anda membangun kepercayaan antara kedua kolaborator (dari Indonesia dan Inggris) ketika menjalankan proyek online bersama?

Pertama, kesamaan visi lah yang penting. Dalam proyek ini, kami (kedua organisasi) sama-sama bergerak di bidang seni yang melibatkan seniman difabel dan (kami juga memikirkan) bagaimana menegosiasikan karya oleh teman-teman difabel ke publik yang lebih luas. Itu yang menjadi visi dan misi kami bersama yang kemudian menyatukan spirit kami. Kemudian yang kedua adalah komunikasi yang intens. Kami berusaha membangun komunikasi yang intens melalui email maupun telepon langsung sehingga kami menjadi lebih dekat dan paham mengenai kondisi di UK maupun disini. Karena ada beberapa hal yang tidak bisa kami prediksi. Keadaan yang sedikit/banyak berpengaruh pada kerjasama maupun hubungan kami bersama. Misalnya, keadaan seperti ketika salah satu anggota Disability Murals memiliki saudara yang meninggal, sakit, dan sebagainya. Hal-hal seperti itu kami di satu sisi berempati, dan di sisi lainnya kami menyadari bahwa hubungan kami bukan sekedar mitra yang kaku, namun kami juga sesama manusia.

Tentang Kolaborator

Sukri Budi Dharma (Butong Idar)

Butong Idar tinggal di provinsi Yogyakarta. Butong adalah seorang aktivis seni disabilitas (daksha). Saat ini, Butong adalah ketua dari Jogja Disability Arts. Ia aktif di berbagai kegiatan seni bersama dengan orang dengan disabilitas dan non disabilitas. Pada 2019 ia terpilih sebagai salah satu delegasi untuk program "Disability Arts Learning Residencies in the UK" yang diselenggarakan oleh British Council Indonesia.

Nano Warsono M.A.

Nano adalah pengajar/dosen di program studi seni rupa di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Ia adalah sorang seniman mural, pelukis, pemahat, dan alternative comic. Saat ini ia merupakan pimpinan dari Upt Galeri RJ. Katamsi Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Selain menjadi observer, ia secara aktif ikut serta dalam aktivitas-aktivitas yang mendukung pengembangan sektor seni disabilitas di Yogyakarta.

Andrew Bolton

Andrew adalah seorang seniman mural yang baru-baru ini memimpin proyek Disabiliyu Murals di beberapa kota di Inggris.

Lisa Tann

Lisa memiliki spesialisasi bekerja dengan orang-orang muda dengan multiple impairments.