Indonesia Distanced Stories from September to November 2020. British Council Indonesia's first inclusive, fully digital, socially distanced, documentary film workshop.

British Council, Scottish Documentary Institute, dan In-Docs dengan senang hati berkolaborasi untuk mempersembahkan Indonesia Distanced Stories: sebuah lokakarya pembuatan film dokumenter yang inklusif dan sepenuhnya online untuk para pembuat film asal Indonesia, mengasah bakat kreatif dalam mewujudkan ide cerita mereka menjadi sebuah film dokumenter pendek dalam waktu tiga bulan.

Sebagai respons terhadap situasi pandemi COVID-19, program yang awalnya bernama Jakarta STORIES ini diadaptasi dari model tatap muka intensif 10 hari menjadi model online sepenuhnya untuk memberikan lebih banyak kesempatan dan fleksibilitas bagi peserta terpilih dalam merealisasikan film mereka di saat harus menjaga jarak fisik.

Selama periode 3 bulan dari September hingga November 2020, para peserta akan berkumpul secara online untuk belajar, menyelesaikan serangkaian tugas, menonton berbagai rekomendasi film, menyiapkan ide cerita, pitching, dan dibentuk ke dalam tim-tim kecil untuk kemudian menyelesaikan film mereka – semua itu di bawah bimbingan 2 mentor dari Scottish Documentary Institute bersama dengan 2 mentor asal Indonesia.

Peserta terpilih berasal dari latar belakang budaya dan geografis yang beragam. Mereka akan dibentuk ke dalam tim-tim kecil di mana mereka diharapkan untuk bekerja secara kolaboratif, inklusif dan juga bertanggung jawab secara sosial selama masa jaga jarak fisik ini.

Tujuan dari program ini selain untuk mengembangkan keterampilan pembuat film, juga untuk mengeksplorasi cara-cara kolaborasi kreatif, menantang keterbatasan yang ada di masa jaga jarak fisik ini, dan untuk mendukung tumbuhnya praktik pembuatan film yang lebih inklusif di Indonesia.

Peserta Terpilih

  • Anita Reza Zain
  • Ary Aristo
  • Fadilah Miftah
  • Fajrian
  • Fransiscus Sales Magasto
  • Helga Theresia
  • Lies Nanci Supangkat
  • Mochamad Ryo Arbani
  • Mochamad Sulaeman
  • Mohamad Ismail
  • Mulya Rhukmana
  • Rofie Nur Fauzie

Para Mentor

Noé Mendelle

Noe menggeluti dunia film dan TV selama lebih dari 30 tahun sebagai sutradara dan produser. Dia mendirikan Scottish Documentary Institute pada tahun 2004 dan sejak itu menelurkan program-program pengasah bakat yang memenangkan berbagai penghargaan, antara lain Bridging the Gap, BtG+, This is Scotland, Stories, dan The Edinburgh Pitch. Noe menjadi profesor riset pada Edinburgh College of Art di mana ia menyelia calon doktor dalam bidang film dokumenter. 

Anne Milne 

Anne Milne adalah sutradara dan produser dokumenter Skotlandia. Filmnya, Maria's Way diputar di festival manca negara, dinominasikan pada European Film Award 2010, dan memenangkan BAFTA New Talent. Setelah mendapat WorldView Multi Media Grant, Anne pergi ke Nepal untuk menyutradarai Himalayan Sisters yang memenangkan penghargaan untuk editing pada Underwire Festival 2011.

Dwi Sujanti Nugraheni

Dwi Sujanti Nugraheni (Heni) adalah salah satu pendiri festival dokumenter tertua di Indonesia, yaitu Festival Film Dokumenter. Dia pernah mengikuti IDFA Summer School 2012, Berlinale Talents 2014, dan Talents Tokyo 2015. Film dokumenter panjang pertamanya "Denok & Gareng" diputar perdana dan berkompetisi pada IDFA 2012. Film itu juga diputar di Yamagata International Film Festival 2013, Salaya International Documentary Festival 2013, dan DokFest Munchen 2013. Film dokumenter panjang ke-duanya, "Ona between the Devil and The Deep Blue Sea" dirilis pada awal tahun 2020.

Ernest Hariyanto

Ernest Hariyanto berperan sebagai produser, penulis naskah, dan editor Jalanan (2013), sebuah dokumenter panjang Indonesia yang meraih penghargaan Dokumenter Terbaik pada ajang prestisius Busan International Film Festival 2013 di Korea dan Dokumenter Terbaik pada Melbourne International Film Festival 2014 di Australia. 

 

Film

Karsih

Film oleh Helga Theresia dan Fajrian
Karsih mendapati dirinya di usia senja yang harus bekerja sebagai petugas kebersihan jalan untuk menghidupi keluarga besarnya. Ironisnya, tempat ia bekerja terletak di seberang jalan dari rumah dan tanah yang dulu merupakan milikinya dan tetangga sekitar, namun kini mereka telah kehilangan hak milik. Meski begitu, kebahagiaan dan kasih sayang tak pernah hilang darinya.

 

Green Fingers (Kelompok Wanita Tani)

Film oleh Anita Reza Zain
Kolaborasi antara Kelompok Wanita Tani dan seniman yang melihat ketimpangan distribusi pangan, sehingga mereka membuat pemetaan fotografi, yang diharapkan dapat menghubungkan kota-desa, terutama pada sumber dan distribusi pangan.

 

Scene from the Unseen (Merupa)

Film oleh Ary Aristo
Ferdiandra Putra adalah mahasiswa seni berbakat yang dunia internalnya disibukkan dengan pekerjaan kreatif. Ia memang mengalami kesulitan tidur, tetapi khayalan membuatnya menciptakan karakter dan obyek yang imajinatif. Selama bertahun-tahun, dengan kasih sayang orang tuanya, ia belajar menemukan mekanisme untuk mengatasi (sindrom) Asperger-nya. Kini, ia tengah sibuk mempersiapkan pameran seni tunggal pertamanya.

 

Falhan's Love (Cinta Falhan)

Film oleh Mohammad Ismail and Fransiscus Magastowo
Untung dan Nesti menyayangi anak mereka yang berusia 6 tahun tanpa pamrih, meski ia mengidap autisme. Kehidupan sehari-hari mereka mungkin terlihat seperti tantangan, namun kasih sayang dan semangat yang mengalir dari mereka adalah kisah yang menunjukkan keteguhan hidup.

 

Baby Girl (Cunenk)

Film oleh Rofie Nur Fauzie and Mohamad Sulaeman
Cunenk tumbuh sebagai seorang gadis yang terperangkap dalam tubuh laki-laki. Ia tak sabar untuk pindah dari desanya dan menjadi seniman panggung. Ia sangat bahagia dan dihormati di komunitas barunya tetapi, sesekali, ia kembali mengenakan pakaian prianya untuk menggalang dana bagi rumah sakit bersalin setempat, untuk mengenang ibunya.

 

Ibu Guru 

Film oleh Lies Nanci Supangkat and Mochamad Ryo Arbani
Semua ibu di seluruh dunia menghadapi pandemi dengan kondisi yang sama: bekerja dari rumah dengan anak yang bersekolah di rumah, serta mengurus kebutuhan keluarga. Silvia Novani di Bandung tidaklah berbeda. Ia mengajar sepanjang hari secara online, serta mengurus rumah, menjaga anak-anak, suami dan orang tuanya, terlepas dari semua pengorbanan tersebut, rekan-rekan prianya lah yang justru mendapatkan promosi pekerjaan.

Tautan luar