esea contemporary bekerja sama dengan Elgea Balzarie dari Jatiwangi art Factory untuk membuat proyek Clayground yang mengangkat isu keadilan lingkungan dan agraria lintas wilayah.
Tradisi di tiap-tiap negara memiliki kekhasan tapi juga kesamaan. Ketika dua tradisi dipertemukan, timbul percakapan tentang kebersamaan dan harapan ke depan. Hal ini tampak pada proyek Clayground (2024) yang diinisiasi oleh esea contemporary dan Elgea Balzarie dari Jatiwangi art Factory.
Dalam mempersiapkan Clayground, Balzarie terlebih dahulu menjalani masa residensi selama dua minggu yang disertai tiga lokakarya publik, lalu hasilnya dipamerkan di esea contemporary selama satu bulan pada Agustus 2024.
Clayground berupaya mengangkat isu-isu mendesak tentang lingkungan dan keadilan agraria di tingkat lintas regional melalui pertukaran budaya antara Jatiwangi dan Manchester.
Wadah Pengembangan Seni dan Budaya Asia
Sebelum lanjut membicarakan Clayground, kita berkenalan dengan para kolaborator yang memiliki fokus mengangkat seni dan budaya daerah. esea contemporary (esea, 1987) adalah satu-satunya pusat seni nirlaba di Inggris yang menghadirkan dan mempromosikan seniman dan praktik seni yang mengidentifikasi dirinya, dan diinformasikan oleh, latar belakang budaya Asia Timur dan Tenggara (ESEA).
esea kini bertujuan untuk menghadirkan praktik seni kontemporer dari komunitas Asia Timur dan Tenggara serta diasporanya melalui pameran, komisi, penelitian, residensi, penerbitan, dan berbagai acara publik.
Di lain pihak, Jatiwangi art Factory (JaF, 2005) adalah komunitas yang menjadikan praktik seni kontemporer dan budaya sebagai bagian dari wacana kehidupan lokal di daerah pedesaan Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
Kegiatan-kegiatan JaF selalu melibatkan masyarakat setempat dan mencakup pameran, festival, residensi hingga diskusi. Sebagai kawasan penghasil genteng terbesar di Asia Tenggara, JaF menginisiasi proyek Kota Terakota yang menandai awal budaya tanah liat baru bagi Jatiwangi, merancang ulang kota berdasarkan keinginan masyarakat dan kesepakatan kolektif.
Sebagai bagian dari JaF, Elgea Balzarie tinggal dan bekerja di Jatiwangi. Balzarie adalah direktur Lovegood Productions, sebuah organisasi yang didedikasikan untuk penelitian psikologi positif dan mempromosikan kesehatan mental di kalangan remaja Jatiwangi.
Balzarie juga menjadi ko-koordinator Proyek Hutan Kolektif Perhutana, sebuah inisiatif reklamasi lahan hutan untuk melindunginya dari pembangunan industri, serta mengeksplorasi model ekonomi alternatif yang berakar pada praktik budaya tradisional dan pengetahuan ekologis.
Eksplorasi Tanah Lintas Daerah
esea memfasilitasi Balzarie di setiap langkah residensi dan persiapan lokakarya. Balzarie mengunjungi studio seniman keramik berbasis Manchester, Sarah Fraser, yang pernah menjalani masa residensi di JaF tepat sebelum pandemi Covid-19, di mana Fraser mengeksplorasi cara perempuan mengekspresikan dan menghadapi tantangan terkini melalui ekspresi keramik yang mengacu pada warisan arsitektur keramik di Leeds dan Jatiwangi.
Di kunjungan ini, Balzarie dapat memahami ragam material dari Manchester, serta mengaitkannya dengan teknik dan pemahamannya sendiri mengenai sifat tanah liat yang berbeda yang akan menjadi bahan lokakaryanya di esea.
Seri lokakarya ini bertajuk Clayground: Hear, Touch, Taste. Dengan Balzarie sebagai pengampunya, lokakarya ini menyoroti praktik artistik di pedesaan dengan menyoroti Jatiwangi sebagai wilayah produksi genteng terbesar di Asia Tenggara dan menghubungkannya dengan Manchester, kota industri pertama di dunia.
Lokakarya ini memperkenalkan cara pembuatan suling tanah liat, yang berpusat pada pendengaran, pembuatan masker kulit dari tanah liat yang berfokus pada sentuhan, dan berakhir dengan sesi memasak yang melibatkan cecap.
Melalui proses ini, esea sebagai fasilitator dapat mengalami keseharian lokal yang organik, seperti dengan berbelanja dan memasak bersama. Lokakarya ini memberikan wawasan yang berharga melalui presentasi Balzarie serta pertukaran pengetahuan dan penciptaan kolaboratif.