Tab Space (ID) dan Art et al. (UK) mempersembahkan karya kolaborasi dari dua seniman neurodivergen asal Indonesia, Suzanne M Yazid dan Angkasa Nasrullah Emir, serta dua seniman asal Inggris, James Lambert dan Richard Phoenix.
Capturing Surroundings, atau Merekam Sekitar, adalah pameran seni rupa hasil kolaborasi antara dua seniman neurodivergen dari Indonesia, Suzanne M. Yazid dan Angkasa Nasrullah Emir, dan dua seniman dari Inggris, James Lambert dan Richard Phoenix. Kolaborasi ini diselenggarakan oleh Tab Space dan Art et al. berkat dukungan program Connection Through Culture (CTC) British Council.
Selama enam bulan, keempat seniman merekam hal-hal favorit mereka, bertukar cerita dan inspirasi, serta menciptakan karya seni baru bersama. Karya-karya tersebut adalah hasil dari sinergi yang dibentuk oleh berbagai perspektif seni, bahasa, dan struktur kognitif manusia. Terlebih, individu neurodivergen—mereka yang fungsi otaknya berbeda dari apa yang kita anggap tipikal atau normal—seringkali memiliki corak visual yang unik. Lantas, dibutuhkan ruang yang lebih inklusif dalam ekosistem seni kontemporer untuk menghargai karya-karya seniman neurodivergen.
Berbagi Visi Mendorong Inklusivitas
Tab Space dan Art et al. adalah dua organisasi yang memiliki visi serupa, yaitu mendorong inklusivitas dalam seni yang lintas batas. Tab Space adalah inisiatif sosial yang berbasis di Bandung yang berfokus mendukung, memberdayakan dan mempresentasikan seniman dan ilustrator disabilitas. Tab Space percaya, bahwa dengan sistem dukungan yang tepat, seniman disabilitas dapat pula menjadi praktisi profesional.
Ketika melihat peluang berjejaring dengan seniman dalam taraf internasional, Tab Space langsung terpikir untuk menghubungi Art et al., terlebih ketika mengetahui bahwa format CTC adalah kemitraan dan pertukaran seni dan budaya.
Tab Space mengetahui Art et al. ketika Sim Luttin, yang sedang menjalankan program bersama Australia Council of Arts, berkunjung ke Tab Space. Luttin memperkenalkan Art et al. yang ia kembangkan bersama dua mitranya di Inggris, Lisa Slominski dan Jennifer Gilbert, sebuah platform internasional yang berlandaskan kebutuhan akan adanya program dan akses yang lebih inklusif dalam seni kontemporer bagi seniman neurodivergen, disabilitas belajar (learning disability), atau disabilitas intelektual. Ditambah, Art et al. menghubungkan seniman-seniman dari studio dengan rekan internasional, pakar-pakar seni, hingga publik seni.
Atas landasan semangat itu, Art et al. menginisiasi program Peer to Peer, yang mempertemukan dua seniman neurotipikal dan neurodivergen untuk berkolaborasi dengan seniman internasional. Mengetahui program ini, Tab Space ingin mengadaptasinya dengan mempertemukan Tab Artist dengan seniman jejaring Art et al.
Pada akhirnya, terpilihlah dua Tab Artist, Suzanne M Yazid dan Angkasa Nasrullah Emir, yang dipertemukan dengan James Lambert dan Richard Phoenix. Program ini berjalan dalam beberapa sesi secara daring di mana kedua seniman merancang karya bersama.
Suzanne & James Memvisualisasikan Panca Indera
Pada pertemuan Suzanne dan James yang difasilitasi oleh Nurul Lathifah (Tab Space) dan Lisa Slominski (Art et al.), muncullah ide untuk menggambarkan tangkapan dan pengalaman panca indera.
Kedua seniman saling bertukar respons terhadap karyanya. Suzanne, seorang seniman dengan cerebral palsy, terlebih dahulu menciptakan garis-garis dengan karakter spesifik. Lalu James, yang berprofesi sebagai seorang ilustrator, merespons garis-garis Suzanne dengan grafis-grafis abstrak serta menambahkan ragam lapisan warna.
Kedua seniman lalu menjuduli tiap indera berdasarkan ketertarikan masing-masing, yaitu The Sound of the City, The Smell of Home, The Feel of Love, The Sight of Light, dan The Taste of Coffee.
Karya Suzanne dan James cenderung kontras satu sama lain, namun dalam kolaborasi ini, keduanya dapat menemukan gaya visual yang baru.
Angkasa & Richard Menggambarkan Suasana Ulang Tahun
Di pertemuan lain, Angkasa dan Richard berfokus pada perekaman momen ulang tahun. Angkasa, seorang seniman dalam spektrum autisme, memiliki kecenderungan untuk mengulang aktivitas yang ia anggap menyenangkan, yaitu momen ulang tahun, sehingga Angkasa telah berulang kali menggambar suasana ulang tahunnya.
Sebaliknya, Richard jarang merayakan ulang tahun. Namun ia tertarik pada cara Angkasa memvisualisasikan ulang tahunnya. Hal ini membuatnya berpikir bahwa ulang tahun adalah momen untuk menyatukan orang-orang ketimbang terfokus pada individu.
Karya Angkasa menggambarkan suasana pesta ulang tahun yang ia dambakan dengan menggambarkan berbagai objek yang tumpang tindih termasuk orang-orang, makanan, dan hadiah.
Sementara itu, Richard menanggapi tema pesta ulang tahun dengan menggambar siluet arang orang-orang yang merayakan, seperti gestur menari, menikmati makanan, dan berbincang. Ia juga menyertakan beberapa kata dalam bahasa Indonesia sebagai catatan pertemuannya dengan Angkasa.
Karya kolaborasi Angkasa dan Richard menjadi momentum untuk merayakan jalinan pertemanan baru, serta berbagi memori suka cita yang tak akan terlupakan.
Sambutan Positif Luring dan Daring
Pameran Capturing Surroundings diselenggarakan di Wangirupa Creative Art Space, Bandung, Indonesia, pada 12–26 September 2024.
Program ini mendapat sambutan tatap muka dan daring yang baik dari publik. Pameran luring di Bandung berhasil menarik 202 pengunjung serta 21 peserta yang bergabung dalam sesi bincang seniman di Zoom.
Pendatang pameran pun merasakan dampak positif kolaborasi para seniman. Seorang pendatang beranggap bahwa program ini “membuktikan bahwa batas-batas semakin blur, dan ini menunjukkan bahwa segala sesuatu bisa dilakukan terlepas dari perbedaan kemampuan dan perbedaan negara. Membayangkan dua artis dengan keistimewaan masing-masing bisa berkomunikasi secara online lalu menghasilkan karya yang bisa ditampilkan hari ini itu luar biasa banget.”
Di segi media sosial dan situs web, Capturing Surroundings meraih 45.573 penonton dan 29.133 interaksi melalui media sosial, juga 143 penonton di situs web Art et al., dan 192 di laman Peer to Peer. Art et al. juga mengirimkan publikasi pameran ke 456 orang dalam daftar pengiriman surel.
Sambutan antusias ini menghasilkan undangan untuk pameran di masa mendatang, termasuk pameran Immersio di Kuala Lumpur dan Breaking Barriers di Jakarta. Selain itu, Tab Space menjajaki kolaborasi dengan Fedrigoni Paper dan KYUB Studio untuk membuat cinderamata eksklusif yang menampilkan karya seniman.
Seni sebagai Ruang Ekspresi Diri yang Inklusif
Berbagai cara keempat seniman ini memahami lingkungan sekitar mereka mengungkapkan bahwa meskipun perspektif dan pengalaman mereka sangat berbeda, hal ini mendorong terciptanya karya seni yang menampilkan toleransi, inklusi, dan ekspresi diri yang beragam.
Mengevaluasi program ini, Tab Space menyadari bahwa perbedaan budaya, bahasa dan struktur kognitif manusia justru menumbuhkan karya-karya yang mengandung nilai toleransi, inklusi dan ekspresi diri yang plural.
Adapun Imaniar Rizki, Creative Director Tab Space, yang menyatakan bahwa “Program ini telah menjadi pengalaman belajar yang tak ternilai, di mana kami mendapatkan perspektif baru dan membangun persahabatan yang langgeng. Bagi banyak dari kami di Tab Space, seni disabilitas merupakan wilayah yang asing, karena kami berasal dari latar belakang desain.
Kemitraan ini telah memperdalam pemahaman kami, dan kami menyadari pentingnya untuk terus belajar, dan ini hanyalah awal dari sebuah perjalanan yang menarik, yang akan membentuk masa depan studio kami dengan cara yang tidak pernah kami bayangkan.”
Tab Space sangat antusias untuk membangun kesuksesan proyek internasional pertamanya dengan Art et al., dan berharap dapat menginisiasi lebih banyak kemitraan internasional yang mendukung dan menghadirkan bakat seniman neurodivergen serta perspektif unik mereka.