Ini kali pertama mereka mengunjungi Britania Raya, Mariska adalah seorang guru Balet tinggal di Jakarta sedangkan Belinda seorang buyer dari Sidney, yang juga pencinta Ballet. Mereka adalah 2 dari 5 pendiri Ballet ID, sebuah organisasi yang ingin mengembangkan Ballet dan seni tari di Indonesia. Mereka mengawali organisasi ini karena mereka merasa bahwa Indonesia memiliki banyak talenta dalam tari, hanya saja kesempatan untuk berkembang dan menampilkan kemampuan talenta sangatlah terbatas.
Kedatangan mereka bertujuan untuk menghadiri UNLIMITED festival di Tramway, Glasgow, Skotlandia. Festival internasional ini merayakan karya seni berkualitas utama dari seniman Difabel yang memiliki program seni pertunjukan, seni visual, diskusi dan lain sebagainya. Saya berbincang dengan mereka untuk mengetahui pendapat mereka akan pengalaman pertama mereka dalam menyaksikan karya berkualitas dari seniman-seniman difabel.
Apakah kalian memiliki ekspektasi sebelum datang ke Glasgow?
Belinda: Kami berharap untuk dapat melihat karya seniman difabel yang berkualitas internasional.
Mariska: Saat mendengar mengenai festival ini kami berfikir kalau standard karya yang di persembahkan akan mencapai sebuah standard, kami datang ingin mengtahui seperti apakah standard itu.
Apakah ekspektasi ini terpenuhi atau tidak?
Mariska: Terpenuhi, memang seperti yang kami perkirakan.
Belinda: Tapi juga membuat kami berfikir lebih jauh apakah hal seperti ini dapat kami bawa ke Indonesia?
Mariska: Iya, bukan hanya soal relevansi topik tapi bahkan ke hal yang sebenarnya mungkin di UK adalah hal yang dasar seperti apakah kita bisa menyediakan sarana akses yang baik bagi seniman - seniman dan karya mereka ini.
Dari 7 pertunjukan yang kalian lihat, mana yang paling kalian suka dan kenapa?
Mariska: MayBe, karya Marc Brew, karena saya sebenarnya lebih suka sesuatu yang pure seni tari. Kualitas dari karya yang dipersembahkan yang sangat indah, menggunakan gabungan multi-media, musik dan pementasan yang sangat berkualitas. Ini sesuatu yang sangat baru untuk saya, apalagi kalau saya berfikir akan kondisi Marc yang pengguna kursi roda, hebat dan indah sekali kalau menurut saya.
Belinda: Kalau untuk saya Him karya Sheila Hill. Ceritanya yang sebenarnya mungkin terdengar membosankan, soal keseharian seseorang yang tua, tapi karena dikemas dengan sedemikan rupa menjadi sebuah karya yang sangat bagus. Pengemasan karya yang menurut saya cool ini yang menggabungkan narasi, bagaimana cara bercerita, dan dialog, dengan film dan musik live.
Mariska: Sesuatu lagi yang membuat saya suka adalah bahwa semua orang bisa menikmati karya - karya ini, dengan adanya penyediaan bahasa isyarat, penyediaan bantuan pendengaran, kesediaan akses untuk orang dengan kursi roda, dan lain segalanya, sehingga benar- benar accessiible.