By Tim UK/Indonesia 2016-18

22 September 2016 - 13:16

Belinda dan Mariska disamping baner UNLIMITED di Tramway
Belinda dan Mariska dari Ballet ID di festival Unlimited ©

British Council

Ini kali pertama mereka mengunjungi Britania Raya, Mariska adalah seorang guru Balet tinggal di Jakarta sedangkan Belinda seorang buyer dari Sidney, yang juga pencinta Ballet. Mereka adalah 2 dari 5 pendiri Ballet ID, sebuah organisasi yang ingin mengembangkan Ballet dan seni tari di Indonesia. Mereka mengawali organisasi ini karena mereka merasa bahwa Indonesia memiliki banyak talenta dalam tari, hanya saja kesempatan untuk berkembang dan menampilkan kemampuan talenta sangatlah terbatas. 
 
Kedatangan mereka bertujuan untuk menghadiri UNLIMITED festival di Tramway, Glasgow, Skotlandia. Festival internasional ini merayakan karya seni berkualitas utama dari seniman Difabel yang memiliki program seni pertunjukan, seni visual, diskusi dan lain sebagainya. Saya berbincang dengan mereka untuk mengetahui pendapat mereka akan pengalaman pertama mereka dalam menyaksikan karya berkualitas dari seniman-seniman difabel.
 

Apakah kalian memiliki ekspektasi sebelum datang ke Glasgow? 

Belinda: Kami berharap untuk dapat melihat karya seniman difabel yang berkualitas internasional. 
 
Mariska: Saat mendengar mengenai festival ini kami berfikir kalau standard karya yang di persembahkan akan mencapai sebuah standard, kami datang ingin mengtahui seperti apakah standard itu.
 

Apakah ekspektasi ini terpenuhi atau tidak?

Mariska: Terpenuhi, memang seperti yang kami perkirakan.
 
Belinda: Tapi juga membuat kami berfikir lebih jauh apakah hal seperti ini dapat kami bawa ke Indonesia?
 
Mariska: Iya, bukan hanya soal relevansi topik tapi bahkan ke hal yang sebenarnya mungkin di UK adalah hal yang dasar seperti apakah kita bisa menyediakan sarana akses yang baik bagi seniman - seniman dan karya mereka ini.
 

Dari 7 pertunjukan yang kalian lihat, mana yang paling kalian suka dan kenapa?

Mariska: MayBe, karya Marc Brew, karena saya sebenarnya lebih suka sesuatu yang pure seni tari. Kualitas dari karya yang dipersembahkan yang sangat indah, menggunakan gabungan multi-media, musik dan pementasan yang sangat berkualitas. Ini sesuatu yang sangat baru untuk saya, apalagi kalau saya berfikir akan kondisi Marc yang pengguna kursi roda, hebat dan indah sekali kalau menurut saya.
 
Belinda: Kalau untuk saya Him karya Sheila Hill. Ceritanya yang sebenarnya mungkin terdengar membosankan, soal keseharian seseorang yang tua, tapi karena dikemas dengan sedemikan rupa menjadi sebuah karya yang sangat bagus. Pengemasan karya yang menurut saya cool ini yang menggabungkan narasi, bagaimana cara bercerita, dan dialog, dengan film dan musik live.
 
Mariska: Sesuatu lagi yang membuat saya suka adalah bahwa semua orang bisa menikmati karya - karya ini, dengan adanya penyediaan bahasa isyarat, penyediaan bantuan pendengaran, kesediaan akses untuk orang dengan kursi roda, dan lain segalanya, sehingga benar- benar accessiible.
 
Belinda sedang mengamati karya Yasuyuki Ueno
Belinda sedang mengamati karya Yasuyuki Ueno ©

British Council

Marc Brew dan Gisele Calazans menari di atas lantai
Maybe - Marc Brew dan Gisele Calazans ©

Marc Brew Company

Dari berbagai perbincangan dengan orang-orang yang kalian temui, Apakah ada pembahasan yang melekat di benak dan menjadi pemikiran kalian?

Mariska: Sepertinya pembicaraan kami dengan Sokny dari Kamboja. Ketika ia bercerita soal EPIC art, yang percaya kalau seni itu untuk semua orang, dan benar-benar menginspirasi kami. Karena keadaan mereka di Kamboja lebih mirip akan keaadan Indonesia, sehingga relevan. Perjuangan mereka untuk berkarya dengan kualitas tingkat tinggi. Sehingga orang tidak melihat karya dan merasa kasihan kepada para seniman tapi kualitas karya berbicara sendirinya, sehingga orang melihat karya dan berfikir 'bagus'.
 

Jika ada satu hal yang dapat membuat pengalaman kalian dalam berpartisipasi di UNLIMITED lebih baik, apakah itu?

Belinda: Bisa menonton karya Candoco, yang hanya dipentaskan minggu depan ketika kami sudah pulang. hahaha, pengen banget nonton. 
 
Mariska: Hahaha iya. Oh dan juga kami ingin sekali tahu proses bagaimana setiap karya bisa terjadi, apa kesulitan pengembangan karya dari tahap ide sampai akhirnya terjadi. Kami lihat karya akhir yang sudah bagus, tapi tahap dan proses itu penting buat kami. Kalau saja ada kesempatan membahas proses buat kami itu akan menjadi pembelajaran berharga.
 

7 Pertunjukan yang di lihat Belinda dan Mariska

  1. Hiraeth karya kolaborasi antara NCA Small theatre dan Making the Right Moves - Karya tari mengenai perjalanan sejarah Armenia menceritakan pengasingan dan migrasi perang
  2. 43 percent oleh 21st Century Challenges - Karya multi-media yang dinamik dari Gary Gardiner dan Ian Johnston, yang melihat definisi medis dan sosial akan kenyataan sebagai seorang manusia.
  3. The Way You Look (at me) Tonight oleh Claire Cunningham dan Jess Curtis - Adalah sebuah tari, cerita, pahatan sosial akan permainan dan pertentangan dari perjalanan hidup, mempertanyakan bagaimana kita melihat satu sama lain.
  4. Grandad and the Machine oleh Jack Dean - Sebuah pertunjukan cerita menggunakan musik live, video dan boneka, mengenai kebangkitan dari laut sebuah monster mekanikal yang berusia 100 tahun. 
  5. HIm oleh Sheila Hill - Sebuah pertunjukan cerita mengenai proses penuaan dan apa artinya menjadi tua.
  6. MayBe oleh Marc Brew Company - Karya kolaborasi internasional antara Natalia Mallo, Gisele Calazan dari Brazil dan Marc Brew yang berbasis di Glasgow. MayBe mengeksplorasi bahwa pertemuan yang terjadi tak disengaja bisa menjadi katalis untuk segala kemungkinan, seperti cinta dan hubungan intim.
  7. Assisted Suicide : The Musical oleh Liz Carr - Aktivis difabel, aktor dan komedian Liz car memilih teater musikal untuk menyampaikan dan menelaah tema yang rumit dan kontroversial: Bantuan untuk bunuh diri, topik yang marak di bahas di berbagai negara.
 

Tautan berbahasa Inggris