By Camelia Harahap, Arts Programme Manager, British Council

30 Oktober 2017 - 19:14

Model berpose di depan kamera
Perancang busana asal UK, Derek Lawlor, berkolaborasi dengan Margaret O’Connor untuk VISIONARE di Fashion Open Studio dalam rangka UK/ID Festival menjelang Jakarta Fashion Week.

Dunia akan tertinggal jika mereka tidak datang ke Indonesia, atau bila mereka tidak berupaya mengeksplorasi kancah kesenian di sini!

Indonesia memiliki populasi terbesar keempat di dunia, dan kami adalah negara yang sangat beragam. Kami punya 17.000 pulau, kami punya banyak dialek dan bahasa daerah—jumlahnya mencapai ribuan. Jadi negara ini sangat menarik untuk dijelajahi.

Ada banyak sekali hal menarik yang terjadi di Indonesia, dan itu sangat tercermin pada sektor kesenian dan industri kreatifnya.

“Saya pikir merupakan hal yang sangat penting untuk berkolaborasi dengan negara lain karena ini pasar global yang sedang kita semua bicarakan, terutama pada era digital. Anda ingin menempatkan diri di luar sana dan agar musik Anda didengar.” – musisi Indonesia, Neonomora

Dalam industri musik, kami secara perlahan sedang mengembangkan program-program musik di sini. Ada banyak talenta, pasar yang besar untuk disasar, dan permintaan yang tinggi untuk pengembangan sektor musik. Kami punya talentanya, sumber dayanya, pasarnya, tetapi kami tidak punya infrastrukturnya.

Dan di situlah menariknya, karena British Council bisa membantu mengembangkan dan mengisi kekosongan itu, dengan berbagi penerapan-penerapan terbaik dari UK, juga memungkinkan terjalinnya kolaborasi antara seniman UK dan Indonesia.

Berkumpul bersama

Melalui tema UK/ID Festival 2017 yang adalah ‘Come Together’, kami berupaya membangun koneksi dan membina kolaborasi.

Kami benar-benar menganggap kolaborasi sebagai hal yang sangat penting, terutama di dalam sektor kesenian. Saya pikir bagi banyak orang, terutama seniman, ketika Anda coba mencari inspirasi dan pengaruh baru, cukup sulit untuk mengerjakannya sendiri. Selalu lebih mudah jika Anda menarik inspirasi dari tempat-tempat lain.

Neonomora bawakan lagu dan Chloe Maritini sebagai DJ.
Penyanyi dan penulis lagu Neonomora dan produser asal London Chloe Martini tampil membawakan kolaborasi unik mereka. Dibuat hanya dalam beberapa hari selama ada di Jakarta. 
Seniman UK, Emma Frankland dan Jo Hellier dari Forest Fringe, berkolaborasi dengan kolektif kesenian Indonesia, 69 Performance Club di UK/ID Festival 2017
Seniman UK, Emma Frankland dan Jo Hellier dari Forest Fringe, berkolaborasi dengan kolektif kesenian Indonesia, 69 Performance Club.
Pengunjung di UK/ID Festival 2017
Pameran seni pada UK/ID Festival 2017 menampilkan dokumentasi dan produksi kreatif dari banyak seniman yang terlibat dalam program residensi UK/ID tahun ini.
UBC tampil di Archipelago Festival, Jakarta.
UBC saat tampil pada Archipelago Festival di Jakarta. Kolektif hip hop asal Indonesia, UBC dan Onar, berkolaborasi dengan Afrikan Boy dalam rangka UK/ID Festival.

“Orang-orang di sini jarang terlihat sendirian. Jadi sudah kolaboratif secara alami, konteks pembuatan seni ada di dalam jaringan. Sehingga saya juga bisa terhubung ke jaringan yang lebih luas di seluruh Indonesia.” – sutradara UK, George Clark

Berkolaborasi dengan orang lain—tidak hanya orang-orang dari UK dan Indonesia, tetapi juga mereka yang berbeda secara latar belakang dan juga mungkin pengalaman—yang bisa menambah inspirasi Anda, dan benar-benar bisa mengembangkan diri Anda, membantu Anda mengembangkan lebih banyak gagasan… dan menurut saya itu akan tampak, berkolaborasi dengan orang lain akan memberi kekayaan terhadap karya seni Anda.

Kami juga ingin memastikan bahwa kami sudah menyorot semua residensi UK/ID yang ada di sepanjang tahun. Dan festival ini merupakan sarana utama kami dalam menampilkannya.

Kami menyeimbangkan hal ini dengan topik-topik lain yang kami rasa diminati oleh penonton Indonesia, seperti kesenian dan teknologi, keberlanjutan, serta kesenian dan difabel.

Baca juga cerita lainnya dari UK/ID Festival 2017