By Tim UK/Indonesia 2016-18

21 November 2018 - 14:22

Berangkat dari keikutsertaannya di Unlimited Festival 2016, pendiri dan direktur eksekutif Ballet.id, Mariska Febriyani, terinspirasi untuk mendirikan grup tari inklusif CANdoDANCE, berkolaborasi dengan Candoco Dance Company asal Inggris. “Setelah kami kembali dari Glasgow, Ballet.id dan British Council bertukar ide untuk melakukan sesuatu untuk skena seni dan disabilitas di Indonesia. Kebetulan Ballet.id sendiri memang kerap mengadakan gala tari setiap dua tahun, dan saya pikir kenapa tidak menjadikan acara ini lebih aksesibel untuk semua orang?” cerita Mariska. 

Ini merupakan tahun kedua Ballet.id dan Candoco berkolaborasi. Kali ini, mereka melatih sekelompok penari difabel dan non difabel dari 4 kota di Indonesia (Jakarta, Bandung, Malang dan Bali), di samping dua penari dari Candoco. 12 penari yang berpartisipasi dalam proyek CANdoDANCE tahun ini pun mengikuti program residensi selama seminggu di Galeri Nasional Nasional dengan durasi latihan 8-9 jam per hari. “Hasilnya ditampilkan di Festival Bebas Batas dengan iringan musik asli ciptaan Ananda Sukarlan, pianis dan komposer kenamaan Indonesia,” jelas Mariska.

Ananda sendiri mengaku senang bisa terlibat dalam proyek CANdoDANCE tahun ini, yang menggunakan komposisi karyanya berjudul ‘Rapsodia Nusantara #15’. “Karya tersebut saya ciptakan khusus untuk pianis yang hanya memiliki satu tangan,” jelas Ananda. “Sebelumnya belum ada komposer yang memiliki ide untuk menciptakan komposisi piano untuk pianis penyandang disabilitas,” lanjutnya. “Bahkan jika pianis tersebut sangat berbakat, masih sedikit sekali materi yang bisa dipelajari atau ditampilkan. Saat saya mulai bekerja sama dengan mereka yang menyandang disabilitas dan memiliki kebutuhan khusus, saya terinspirasi untuk menggubah karya-karya khusus bagi mereka.”

Pianis dan komposer kenamaan Indonesia, Ananda Sukarlan, mengiringi penampilan grup tari CANdoDANCE di Festival Bebas Batas.

Sejalan dengan tema UK/ID Festival tahun ini, Mariska berharap bahwa proyek CANdoDANCE ini dapat mengubah persepsi masyarakat dan mendobrak batas yang ada bahwa semua orang bisa menari.

“Banyak orang yang masih beranggapan bahwa karena keterbatasan fisiknya, para penyandang disabilitas tidak bisa turut serta dalam berbagai kegiatan, seperti seni tari. Padahal itu tidak benar. Dengan usaha keras, saya yakin bahwa kita semua pasti bisa dan berhak mendapatkan kesempatan yang setara dalam segala aspek kehidupan.” 

Mariska Febriyani -  Pendiri dan Direktur Balllet.id

Para penari yang terlibat dalam proyek CANdoDANCE pun sependapat. “Bagi saya, berpartisipasi dalam proyek ini berarti kami semua, baik yang menyandang disabilitas maupun tidak, membuka batasan diri untuk saling memahami dan belajar dari satu sama lain,” ucap Jasmine Okubo, yang juga adalah pendiri dan koreografer komunitas tari KitaPoleng di Bali. Penari CANdoDANCE lain, Heidy Dwiyanti Utami, meyakini hal serupa. “Harapan saya, program seperti ini dapat semakin membuka mata masyarakat, bahwa semua orang, bahkan dengan keterbatasannya, bisa memiliki kesempatan yang sama dalam berkarya,” simpulnya.