Pada 9 Februari hingga 9 Maret 2018, Edward Gillman dan Marianne Forrest selaku anggota Auto Italia South East telah mengikuti residensi penelitian di Cemeti - Institute for Art and Society di Yogyakarta, Indonesia, berkolaborasi dengan British Council Indonesia. Auto Italia memprakarsai MASS, sebuah proyek berupa pameran di Cemeti (6-20 Maret 2018) serta fanzine yang akan dipublikasikan akhir tahun ini. Sejumlah praktisi seni dari Yogyakarta dan UK turut berkontribusi dalam proyek tersebut. Berikut adalah perbincangan antara Auto italia dan Kepala Kurator Cemeti, Sanne Oorthuizen serta Alec Steadman.
Cemeti: Sebelum kita mulai, kami berikan sedikit konteks: pada awal tahun 2016, bersama dengan British Council Indonesia, kami mengundang Auto Italia untuk residensi penelitian di Cemeti dengan tujuan mengembangkan proyek sebagai bagian dari program Cemeti yaitu Maintenance Works (Januari 2017-Juni 2018). Melalui Maintenance Works, kami meluangkan waktu untuk refleksi publik, mengajukan pertanyaan mendasar tentang di mana kita berada dan ke mana kita mau pergi. Bagian kedua dari Maintenance Works adalah seri pameran berjudul Berbagi yang melibatkan berbagai seniman dan kelompok dengan pendekatan kolaboratif untuk mengembangkan sebuah proyek. MASS karya Auto Italia adalah proyek Berbagi yang kelima. Sejak awal, Auto Italia menggunakan pendekatan yang kolaboratif, tidak hanya dalam arti mereka bekerja bersama sebagai kelompok seniman dengan anggota yang silih berganti seiring berjalannya waktu, tetapi juga dilihat dari setiap proyek mereka yang mengundang kalangan seniman yang lebih luas. Bagi kami hal ini menarik dan mungkin cenderung tidak biasa dalam konteks Eropa. Lebih penting lagi, Auto Italia memiliki pendekatan penciptaan karya yang kritis, eksperimental, dan politis, sejak proses konsepsi, produksi, hingga distribusi kepada publik yang menurut kami akan menginspirasi di konteks lokal Yogyakarta.
Pertama, kami ingin bertanya pada kalian: bagaimana pengalaman kalian selama residensi penelitian di Cemeti Institute, dan bagaimana proses kalian dalam mengembangkan MASS?
Auto Italia South East: Sebelum tiba di Cemeti, kami telah melakukan seluruh penelitian yang bisa kami lakukan secara online ataupun lewat diskusi dengan teman-teman, tetapi kami tidak memiliki ekspektasi tertentu. Tujuan kami dalam residensi singkat ini adalah mencoba menjalin hubungan dengan seniman-seniman di Jogja, walau kami sadar akan kendala yang bisa muncul saat kolaborasi dipaksakan. Kami ingin mencoba menemukan minat dan cara kerja yang sama, serta belajar dari tempat di mana kami hanya pengunjung sementara. Dalam waktu 4 minggu, hal ini sulit. Tapi kami selalu berfokus dalam menciptakan ruang kolaborasi yang terbangun perlahan dan akan terus berlanjut setelah sebulan kami bekerja di kota ini. Tahap pertama tentu saja bertemu dengan para praktisi dan kelompok seni Jogja untuk berusaha memahami kancah lokal. Jogja dikenal sebagai tempat yang penuh kolaborasi, dengan seniman-seniman yang seringkali menjadi anggota dalam beberapa kelompok atau kolektif. Hal yang lebih menarik bagi kami adalah bagaimana kolaborasi bukan hanya sebagai pendekatan DIY untuk merealisasikan sesuatu, tetapi sebagai cara kerja dengan hirarki dan tuntutan tersendiri yang menciptakan bentuk-bentuk karya tertentu dalam komunitas kesenian. Kami juga sangat tertarik untuk bertemu dengan orang-orang dari berbagai disiplin –seniman, desainer, sosiolog, arsitek, kurator– yang juga merupakan inti dari cara kerja kami, dengan pandangan bahwa siapapun yang turut serta dapat berperan sebagai “seniman”.
Cemeti: Bisa ceritakan lebih jauh tentang aspek kolaborasi dalam MASS, baik untuk pameran di Cemeti Institute ataupun fanzine yang akan kalian produksi?
Auto Italia: Hal yang mencuri perhatian kami adalah betapa pentingnya penerbitan dalam kancah seni di Jogja. Banyak seniman yang kami temui berdedikasi tidak hanya pada materi cetak sebagai cara utama dalam berekspresi dan berbagi, tetapi juga untuk memiliki alat produksi seperti printer, risograph, alat sablon dan lain-lain, dan menawarkannya sebagai fasilitas komunitas.Kami mulai melihat banyak kesamaan dengan penelitian dan pertanyaan-pertanyaan yang kami eksplorasi selama setahun ke belakang, terutama tentang potensi politis dan komersil dari subkultur atau fandom, juga ragam tipe berorganisasi dan berbagi yang memilki daya tarik bagi masyarakat luas maupun kelompok-kelompok tertentu. Melalui titik masuk inilah kami mulai mengembangkan MASS, sebagai alat untuk menciptakan kolaborasi dan diskusi dengan diri kami sendiri, seniman-seniman yang kami temui di Jogja, serta kolaborator-kolaborator kami di UK. Dengan begitu, MASS langsung menjadi proyek jangka panjang yang akan berjalan sampai 12 bulan ke depan. Hal ini sangat menarik bagi kami karena memungkinkan kolaborasi untuk terbentuk secara lebih organik, dengan ruang untuk refleksi di sepanjang perjalanan proyek ini. Untuk pameran, yang kami anggap sebagai peluncuran MASS sebagai merek, kami bekerja sama dengan Natasha Tontey, seniman yang berbasis di Jogja, untuk menciptakan keseluruhan identitas dan logo. Kami juga meninjau kembali karya kolaborasi kami dengan seniman asal UK, Pablo Jones Soler, sedangkan musik untuk ruang pameran diciptakan oleh seniman yang berbasis di Jepang, Friend in French (alias Ahmi Kim).