“Barang siapa yang memahami misteri suara, dia juga memahami misteri seluruh alam semesta,” ujar ahli musik asal India Inayat Khan.
Lantas, semesta suara seperti apa yang lahir dari kolaborasi dua kolektif asal Inggris (Newtoy) dan Indonesia (Muarasuara)? Misteri terkait suara apa saja yang berhasil mereka ungkap? Kemungkinan baru apa yang mampu mereka wujudkan lewat peleburan praktik, estetika dan subkultur? Joel Cahen dari Newtoy siap menjawab semuanya untuk Anda.
Resonansi lahir dari persamaan minat dalam berbagi keterampilan musik dan suara antara dua kelompok, yaitu Newtoy di Inggris dan Muarasuara di Indonesia. Dengan dukungan British Council, kami berhasil membuat program lokakarya daring serta ragam musik yang menarik.
Resonansi juga menandakan pertama kalinya kedua kelompok ini mengupayakan sebuah kolaborasi berskala antarbangsa, yang akhirnya terbukti sukses. Metode komunikasi utama kami adalah WhatsApp. Selain itu, kami juga mengadakan pertemuan apabila dianggap perlu. Saya menemukan Muarasuara lewat seorang kenalan; kebetulan saya sudah lama menaruh minat pada musik eksperimental dan skena seni suara Indonesia dan ternyata menemukan bahwa Newtoy dan Muarasuara memiliki estetika musik dan kreatif serupa. Kami sangat menggandrungi subkultur dalam musik dan seni dan karenanya mengupayakan agar ragam subkultur yang ada bisa lebih dikenal oleh khalayak yang lebih luas.
Oleh karena itu, kami menyatukan sekelompok seniman berbakat dalam jaringan bersama kami. Enam seniman ini kemudian membagikan perspektif mereka tentang Listening Arts (Seni Mendengarkan) dalam tiga tema:
Listening to Ourselves (Mendengarkan Diri Sendiri) dengan lokakarya dari:
- Rully Shabara (ID), yang menyajikan lokakarya tentang teknik vokal grup Raung Jagat.
Listening Spaces (Ruang Mendengarkan) dengan lokakarya dari:
- Rebecca Horrox (UK), yang menyajikan lokakarya berbasis praktik tentang pertunjukan ASMR langsung dan mengubahnya menjadi komposisi suara binaural.
- Miki Rizki Kurnia (ID), yang menyajikan lokakarya berbasis praktik tentang apropriasi musik dan modulasi rekaman alam.
Dan Cultures of Listening (Budaya Mendengarkan) dengan lokakarya dari:
- Antonio Roberts (UK), yang mengajari para peserta teknik-teknik dasar menggunakan kode untuk membuat dan memanipulasi suara.
- Indra Menus (ID), yang menyajikan retrospeksi menggugah seputar sejarah musik noise di Indonesia.
- Blanca Regina (UK), yang mengawasi semua ruang mendengarkan di lingkungan daring NFT, membantu kami membuat CRYPTOSOUND, galeri suara daring di Mintbase, yang dapat ditonton secara daring dan melalui VR serta mengunggah karya suara semua peserta lokakarya dalam bentuk NFT. Galeri Cryptosound adalah proyek yang akan kami lanjutkan dan terus gunakan sebagai ruang berkumpulnya karya seni suara dari semua anggota jaringan kami.
Semua lokakarya diselenggarakan secara daring dan menggunakan terjemahan langsung agar memudahkan akses bagi penutur Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.