By Newtoy

17 April 2022 - 17:14

Deskripsi Gambar: Tulisan "Born Prequel" berwarna neon kombinasi dari biru, merah, dan hijau.
Deskripsi Gambar: Tulisan "Born Prequel" berwarna neon kombinasi dari biru, merah, dan hijau.  ©

Dokumentasi oleh Newtoy dan Muarasuara

“Barang siapa yang memahami misteri suara, dia juga memahami misteri seluruh alam semesta,” ujar ahli musik asal India Inayat Khan.

Lantas, semesta suara seperti apa yang lahir dari kolaborasi dua kolektif asal Inggris (Newtoy) dan Indonesia (Muarasuara)? Misteri terkait suara apa saja yang berhasil mereka ungkap? Kemungkinan baru apa yang mampu mereka wujudkan lewat peleburan praktik, estetika dan subkultur? Joel Cahen dari Newtoy siap menjawab semuanya untuk Anda.

Resonansi lahir dari persamaan minat dalam berbagi keterampilan musik dan suara antara dua kelompok, yaitu Newtoy di Inggris dan Muarasuara di Indonesia. Dengan dukungan British Council, kami berhasil membuat program lokakarya daring serta ragam musik yang menarik.

Resonansi juga menandakan pertama kalinya kedua kelompok ini mengupayakan sebuah kolaborasi berskala antarbangsa, yang akhirnya terbukti sukses. Metode komunikasi utama kami adalah WhatsApp. Selain itu, kami juga mengadakan pertemuan apabila dianggap perlu. Saya menemukan Muarasuara lewat seorang kenalan; kebetulan saya sudah lama menaruh minat pada musik eksperimental dan skena seni suara Indonesia dan ternyata menemukan bahwa Newtoy dan Muarasuara memiliki estetika musik dan kreatif serupa. Kami sangat menggandrungi subkultur dalam musik dan seni dan karenanya mengupayakan agar ragam subkultur yang ada bisa lebih dikenal oleh khalayak yang lebih luas. 

Oleh karena itu, kami menyatukan sekelompok seniman berbakat dalam jaringan bersama kami. Enam seniman ini kemudian membagikan perspektif mereka tentang Listening Arts (Seni Mendengarkan) dalam tiga tema:  

Listening to Ourselves (Mendengarkan Diri Sendiri) dengan lokakarya dari: 

  • Rully Shabara (ID), yang menyajikan lokakarya tentang teknik vokal grup Raung Jagat.

Listening Spaces (Ruang Mendengarkan) dengan lokakarya dari:

  • Rebecca Horrox (UK), yang menyajikan lokakarya berbasis praktik tentang pertunjukan ASMR langsung dan mengubahnya menjadi komposisi suara binaural.
  • Miki Rizki Kurnia (ID), yang menyajikan lokakarya berbasis praktik tentang apropriasi musik dan modulasi rekaman alam.

Dan Cultures of Listening (Budaya Mendengarkan) dengan lokakarya dari:

  • Antonio Roberts (UK), yang mengajari para peserta teknik-teknik dasar menggunakan kode untuk membuat dan memanipulasi suara.
  • Indra Menus (ID), yang menyajikan retrospeksi menggugah seputar sejarah musik noise di Indonesia.
  • Blanca Regina (UK), yang mengawasi semua ruang mendengarkan di lingkungan daring NFT, membantu kami membuat CRYPTOSOUND, galeri suara daring di Mintbase, yang dapat ditonton secara daring dan melalui VR serta mengunggah karya suara semua peserta lokakarya dalam bentuk NFT. Galeri Cryptosound adalah proyek yang akan kami lanjutkan dan terus gunakan sebagai ruang berkumpulnya karya seni suara dari semua anggota jaringan kami.

Semua lokakarya diselenggarakan secara daring dan menggunakan terjemahan langsung agar memudahkan akses bagi penutur Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

Deskripsi Gambar: Poster dari workshop Resonansi, berisi foto profil dari [baris atas, kiri ke kanan] Rully Shabara, Blanca Regina, Antonio Roberts, [baris bawah, kiri ke kanan] Mira Rizki Kurnia, Indra Menus, Rebecca Horrox.
Deskripsi Gambar: Poster dari workshop Resonansi, berisi foto profil dari [baris atas, kiri ke kanan] Rully Shabara, Blanca Regina, Antonio Roberts, [baris bawah, kiri ke kanan] Mira Rizki Kurnia, Indra Menus, Rebecca Horrox. ©

Foto oleh Newtoy dan Muarasuara

Deskripsi Gambar: Foto profil 8 musisi/seniman yang terlibat dalam Born Prequel, [baris atas, kiri ke kanan] Nursalim Yadi Anugerah, Mike Lindsay, Monica Hapsari, Jose Macabra, [baris bawah, kiri ke kanan] Yennu Ariendra, Agathe Max, Sharon Gal, Mixitt.
Deskripsi Gambar: Foto profil 8 musisi/seniman yang terlibat dalam Born Prequel, [baris atas, kiri ke kanan] Nursalim Yadi Anugerah, Mike Lindsay, Monica Hapsari, Jose Macabra, [baris bawah, kiri ke kanan] Yennu Ariendra, Agathe Max, Sharon Gal, Mixitt. ©

Dokumentasi oleh Newtoy dan Muarasuara

Deskripsi Gambar: Foto tim Resonansi, searah jarum jam dari atas kiri: Robby Ocktavian, Parshasti Wilujeng Putri, Chardery Pratama, Joel Cahen.
Deskripsi Gambar: Foto tim Resonansi, searah jarum jam dari atas kiri: Robby Ocktavian, Parshasti Wilujeng Putri, Chardery Pratama, Joel Cahen. ©

Dokumentasi oleh Newtoy dan Muarasuara

Bagian kedua dari proyek ini melibatkan empat musisi Inggris dan empat musisi Indonesia untuk membuat album kompilasi musik unik berjudul BORN PREQUEL.

The album takes its name from the ‘Exquisite Corpse’ style technique used to create it, whereby each musician heard the previous track and used the last minute of it as inspiration for their track, extending the theme and developing it into a new form. This resulted in a 42-minute piece that weaves seamlessly between different tracks whilst keeping a consistent hypnotic cohesion which I found particularly interesting considering the eight musicians never met. They had created an epic sound journey that unfurls organically, designing sonic textures from voice manipulations and electronic and acoustic instruments.

The musicians participating in the compilation album are:

  • Agathe Max (UK),
  • Mixitt (ID),
  • Jose Macabra (UK),
  • Yennu Ariendra (ID),
  • Sharon Gal (UK),
  • Monica Hapsari (ID),
  • Mike Lindsay (UK), and
  • Nursalim Yadi Anugrah (ID).

Born Prequel akan dirilis dalam bentuk kaset pada bulan Mei 2022 dan kini sudah tersedia dalam bentuk unduhan digital. Kami juga sedang menjajaki untuk merilis album ini dalam bentuk vinyl sambil menunggu tekanan di tingkat pabrikan mereda karena adanya kemandekan produksi akibat COVID-19.

Mixtape kaset ini akan dirilis dalam jumlah terbatas sebanyak 50 kopi saja. 

Resonansi membantu saya menemukan banyak seniman yang menarik di Indonesia serta ragam musik baru yang menggugah dan membagikan semua itu ke audiens di jaringan saya. 

Proyek kolaborasi internasional ini bisa dibilang berjalan dengan sukses sekaligus mengilhami saya untuk mengulang format serupa dengan kelompok penggubah suara di negara lain. 

Waktu penyelenggaran proyek di kala pembatasan COVID-19 hampir berakhir menjadi bukti nyata transformasi penggunaan teknologi daring bagi kita semua selama dua tahun terakhir. Tentu ada rasa lelah yang muncul ketika melakukan ragam lokakarya berbasis daring selama dua tahun terakhir; untungnya, sekarang ada lebih banyak kegiatan yang dilakukan secara tatap muka. Di sisi lain, format berbagi karya secara langsung semacam ini terbukti sangat bermanfaat dan kemungkinan besar tidak mungkin dilakukan dengan cara lain dalam konteks kolaborasi yang bersifat antarbangsa dan kreatif. Sehingga, ketika karya-karya yang muncul dipilih dan dikuratori dengan cermat, format ini mampu memiliki cakupan audiens yang mungkin saja tidak bisa diraih dengan cara lain. 

Ke depannya, kedua organisasi kami akan tetap berhubungan dan mengupayakan proyek kolaboratif lain. Hingga saat itu tiba, kami sudah memiliki dua rilisan, yaitu galeri daring Cryptosound dan proyek suara Born Prequel, sebagai warisan karya yang akan selalu ada dan bisa dinikmati kapan saja.