Teks oleh Ibrahim Soetomo
Creative hub berbasis Pasuruan, Pasuruan Youth Forum (PYF), telah menerbitkan ‘Community Leader Academy’, sebuah toolkit yang terinspirasi dan teradaptasi dari Creative Hub Leader’s Toolkit terbitan British Council. Sebagai bagian dari program Creative Hub Leader’s Toolkit Hack, toolkit ini bertindak sebagai modul bagi para pemimpin dan penggagas dalam mengembangkan organisasinya dan memberi dampak pada masyarakat.
PYF bermula pada 2018 sebagai wadah bagi anak-anak muda Pasuruan untuk mengakses program pengembangan diri dan kapasitas. Alfin Nurul Firdaus, founder PYF, menyatakan bahwa salah satu masalah dalam lingkungan berkomunitas di Pasuruan adalah seputar keberlanjutan. Banyak dari mereka kesulitan untuk memulai dan mempertahankan organisasinya. “Setelah saya membentuk PYF, banyak teman saya bertanya, ‘Bagaimana caranya saya memulai berkomunitas?’” lanjutnya. Namun saat itu Alfin belum memiliki jawaban pasti, terlebih panduan. Ia lantas mencari program-program pengembangan yang kelak berguna tidak hanya bagi teman-temannya atau komunitas di Pasuruan, tapi juga PYF.
Alfin pernah berpartisipasi di Active Citizen Social Enterprise (ACSE), sebuah program pelatihan bagi usaha sosial yang diselenggarakan oleh British Council Indonesia. Di pelatihan itu, Alfin belajar caranya membuat PYF berlanjut. Ia bersama PYF juga berpartisipasi di Creative Hubs Academy (CHA) di 2019, yang baginya lebih relevan dan cocok bagi inisiatifnya karena ia belajar caranya membangun komunitas yang mampu bertahan. Melalui program ini pula ia mengenal Creative Hub Leader’s Toolkit.
Alfin kemudian membagikan toolkit tersebut ke teman-temannya, namun mereka cukup kesulitan dalam memahaminya. Meskipun menawarkan bermacam perkakas, toolkit ini tidak memiliki konsep dan latar belakang yang relevan dengan lingkungan mereka. Di sinilah aksi meretas beranjak. Dengan memadukan pedoman dari terbitan British Council dengan studi-studi kasus yang relevan, PYF merancang modul ‘Community Leader Academy’ (CLA) dengan subjudul ‘Inkubasi Pemimpin Organisasi Sosial’, bersamaan dengan program akademi dengan nama yang sama.
CLA berisikan tiga topik utama: Management for Social Organization; Theory of Change and Measuring Impact; dan Stakeholder Mapping and Funding for Social Organization. Setiap topik memiliki latar belakang konseptual dan studi kasus. “Kami mengembangkan kit ini dengan menambangkan studi background yang saya pikir akan membuatnya lebih relatable bagi teman-teman saya,” kata Alfin. “Mereka harus memahami dulu masalahnya apa sebelum mengisinya. Seperti kuliah dulu di mana kita bisa brainstorm sebelum ke lapangan.”
Modul CLA memandu kita untuk mempersiapkan budaya organisasi yang kuat di mana setiap individu adalah pemimpin. Semenjak Alfin kembali ke Pasuruan empat tahun lalu setelah berkuliah di Surabaya, ia telah menyaksikan komunitas satu per satu menjadi inaktif. Beberapa penyebabnya adalah kekurangan funding, sumber daya manusia, dan supervisi. Ada juga masalah ketika komunitas berhenti bekerja setelah pemimpin atau pendirinya menikah, padahal mereka sebenarnya bisa melanjutkan berkomunitas. “Kami bertujuan menciptakan sistem yang tidak berbasis pada leader atau founder,” Alfin menambahkan, “Sehingga siapapun leader atau founder-nya, komunitasnya tetap bisa bertahan.”
Perancangan CLA membutuhkan waktu satu setengah bulan dan kini berada dalam tahap pembaruan dan penerjemahan ke dalam Bahasa Inggris. Alfin menganggap topik dari toolkit British Council seperti pemetaan pemangku kepentingan dan keberlanjutan bisa diaplikasikan. CLA mengambil format modul, dan terbitan terbarukan akan mengandung materi-materi tambahan dari para pemimpin, pembicara, dan mentor yang pernah bekerjasama dengan PYF, serta buku-buku mengenai pengembangan organisasi.
Topik Theory of Change and Measuring Impact mengambil porsi terbanyak dalam modul ini. Sebelum menghadiri CHA, Alfin menyatakan bahwa kebanyakan program PYF bersifat one-time event tanpa pengawasan dan evaluasi. Setelah mempelajari Theory of Change di CHA, mereka kini lebih konsisten dalam menentukan tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang, melalui program-progrmanya. Modul CLA juga memandu kita untuk memetakan tujuan dan dampak, serta menentukan kerja komunitas yang efektif.
Melalui topik tentang perubahan dan dampak ini, kita dapat pula melihat fokus PYF sebagai sebuah hub yang mendorong perubahan-perubahan sosial. PYF berupaya mempersiapkan masyarakat Pasuruan, terutama anak-anak muda, untuk menjadi calon-calon pemimpin. Sejak terbentuk, PYF telah mengadakan program dengan spektrum yang luas mulai dari bisnis dan kewirausahaan, literasi digital, pendidikan, dan lingkungan. Alfin bersama PYF mempersiapkan pemuda Pasuruan untuk berinovasi dan memberi dampak positif di kawasan mereka yang penuh potensi melalui bimbingan dan pengawasan yang rutin. Lantas, PYF membutuhkan pedoman seperti Theory of Change demi mengukur tujuan dan keberhasilan.
Pasuruan merupakan daerah industri. Pemangku kepentingan utamanya adalah pemerintah, perusahaan dan korporat. PYF telah berkolaborasi dengan mereka dalam program-program pengembangan anak muda sebagai bagian dari implementasi CSR-nya. Dalam kit, PYF menaruh topik mengenai pemetaan pemangku kepentingan dan mengajak kita untuk meninjau sumber-sumber dana serta model bisnis.
PYF telah mendistribusikan CLA pada teman, rekan, serta partisipan program akademi sebagai uji coba. Mereka telah mengadakan dua kali kelas; kelas pertama diperuntukkan bagi komunitas di Pasuruan, sedangkan yang kedua diperuntukkan bagi komunitas di Jawa Timur dan luar daerah. Di kelas kedua, PYF langsung menuai dampak dari akademi itu. “Salah satu partisipan dari Gerakan Majapahit Muda bisa memecahkan masalah komunitasnya langsung di kelas ini. Saat itu di kelas dengan topik Funding dan Fundraising,” sebut Alfin.
PYF akan membuat Creative Leader Academy sebagai program utama mereka. Sedangkan bagi modulnya, mereka akan mengimplementasikan respons dan evaluasi yang terakumulasi di kelas ke dalam modul versi diperbarui dan terjemahan, yang pembuatannya masih bekerjasama dengan British Council. PYF memiliki hak penuh untuk mengadaptasi dan menginovasi kit versi mereka berdasarkan terbitan British Council.
Alfin kerap bertindak sebagai fasilitator dalam program-program pengembangan sosial dan komunitas, baik formal dan kepemerintahan, maupun yang sifatnya kasual. Di setiap kesempatan itu, ia selalu mendistribusikan modulnya. Ia juga melampirkannya di situs web dan akun media sosial PYF agar lebih mudah diakses. Dengan versi diperbarui serta terjemahan ke dalam Bahasa Inggris yang sebentar lagi terbit, modul ini pastinya akan menjumpai pembaca yang lebih luas, terutama para pemimpin dan penggagas di masa depan, sebagaimana yang diharapkan oleh British Council melalui program Creative Hub Leader’s Toolkit.
Akses Community Leader Academy dan terbitan British Council untuk mempelajari lebih jauh.