By The WoW Foundation

15 May 2022 - 17:01

Deskripsi Gambar: Foto Marsya, Sitti, dan Widi memakai pakaian yang berkibar dengan tulisan "[NOT] PUBLIC PROPERTY" di belakang dan depan mereka.
Deskripsi Gambar: Foto Marsya, Sitti, dan Widi memakai pakaian yang berkibar dengan tulisan "[NOT] PUBLIC PROPERTY" di belakang dan depan mereka. ©

Dok. oleh Voice Of Baceprot

Women of the World (WOW) menjalankan sebuah jaringan dan gerakan internasional berisikan para musisi perempuan dan non-biner. Sementara itu, Voice of Baceprot (VOB) adalah kelompok musik metal asal Indonesia beranggotakan tiga musisi perempuan yang menggunakan musik sebagai bentuk aktivisme. Berangkat dari kemiripan etos berkarya mereka, WOW dan VOB berkolaborasi dalam sebuah karya musik bernafaskan semangat feminisme yang kuat.

Otonomi dan integritas tubuh adalah hak dasar setiap orang agar mampu menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Sayangnya, hak ini kerap dikesampingkan, apalagi jika menyangkut perempuan. Marsya, Sitti dan Widi dari Voice of Baceprot (VOB) menggunakan musik sebagai sarana untuk bersuara sebagai aktivis sekaligus meningkatkan kesadaran akan pelanggaran hak-hak perempuan di seluruh dunia. Seiring bertambahnya usia mereka, aktivisme VOB pun menjadi semakin tajam dengan sentuhan pribadi. Sisi ini pula yang tercermin dalam residensi mereka bersama Women of the World (WOW).

Kedua kelompok ini bertemu secara online untuk pertama kalinya di awal tahun 2021, tak lama setelah WOW mendirikan WOW Sounds, sebuah jaringan dan gerakan internasional bagi para musisi perempuan dan non-biner yang revolusioner dan berani mendobrak batas. Setelah mendengarkan “School Revolution”, single karya VOB yang menggugat rendahnya tingkat pendidikan anak perempuan di Indonesia, WOW semakin yakin bahwa mereka harus bekerja sama dengan VOB. Alhasil, VOB resmi direkrut sebagai salah satu artis WOW Sounds.

Tak butuh lama bagi kedua belah pihak untuk langsung akrab setelah pertemuan awal ini, terlebih dengan kesamaan minat mereka untuk mewujudkan kesetaraan gender di seluruh dunia melalui upaya-upaya kreatif. Didanai dan didukung oleh British Council, residensi WOW dan VOB di tahun 2022 adalah kolaborasi ketiga mereka secara keseluruhan namun yang pertama kali diselenggarakan secara online, menjadikannya kolaborasi mereka yang paling ambisius sejauh ini. Meskipun VOB sudah membesut video klip untuk dua single mereka, “God Allow Me Please To Play Music” dan “School Revolution”, untuk Hari Perempuan Internasional 2021, kelompok musik ini merasa perlu melakukan sesuatu yang berbeda untuk perayaan di tahun selanjutnya.

Semangat ini yang mendorong terciptanya “[NOT] PUBLIC PROPERTY”. Diciptakan secara khusus untuk residensi tahun 2022 tersebut, yang akhirnya diberi judul serupa, lagu ini bertujuan untuk mendorong para perempuan agar berani mengambil alih atas tubuh mereka sendiri. Lagu ini juga merupakan lagu pertama VOB yang ditulis sepenuhnya oleh semua anggota band tanpa bantuan dari Abah Ezra, mentor dan mantan pembimbing VOB yang berperan penting dalam pembentukan kelompok musik mereka. Secara tak langsung, hal ini juga menjadi penanda perkembangan artistik VOB sebagai sebuah band.

Deskripsi Gambar: Sampul album Voice Of Baceprot, bernuansa warna ungu, berisi ilustrasi tiga perempuan berpakaian putih dan berhijab putih, dua burung terbang di atas kepala mereka, dan dua telapak tangan di kanan kiri mereka, beserta logo VOB berwarna merah di tengah.
Deskripsi Gambar: Sampul album Voice Of Baceprot, bernuansa warna ungu, berisi ilustrasi tiga perempuan berpakaian putih dan berhijab putih, dua burung terbang di atas kepala mereka, dan dua telapak tangan di kanan kiri mereka, beserta logo VOB berwarna merah di tengah. ©

Dok. oleh Voice of Baceprot

Deskripsi Gambar: Foto Marsya, Sitti, dan Widi di studio, memakai headphones pada saat proses rekaman.
Deskripsi Gambar: Foto Marsya, Sitti, dan Widi di studio, memakai headphones pada saat proses rekaman.  ©

Dok. oleh Voice Of Baceprot

Lagu yang bernuansa menghentak dan menggugah ini disertai dengan video klip yang menampilkan lebih dari 20 seniman perempuan dari beragam latar belakang, mulai dari penulis, penari, musisi hingga sutradara film, dari Indonesia, Inggris dan berbagai negara lain. Dalam video ini, setiap seniman menggunakan karya seni untuk berbicara dengan gamblang tentang otonomi tubuh dan kekerasan berbasis gender yang pernah mereka lihat atau alami langsung.

Dalam perjalanannya, residensi kali ini memberikan VOB waktu, sumber daya dan kepercayaan diri untuk melangkah keluar dari peran mereka sebagai musisi dan kemudian mengumpulkan sekelompok perempuan dari bermacam-macam latar belakang dalam sebuah karya seni yang mampu menggembleng banyak orang, membentuk gerakan baru hingga menciptakan perubahan dalam komunitas-komunitas lokal. Kampanye ini juga memiliki laman Instagram tersendiri, di mana VOB secara rutin memposting video sekaligus berbagi informasi seputar organisasi-organisasi Indonesia yang memperjuangkan otonomi tubuh perempuan.

Seperti yang lazim terjadi di era pandemi, ada beberapa kendala yang muncul selama residensi ini, seperti ketika VOB urung tampil di Southbank Center untuk WOW London 2022 akibat situasi COVID-19 yang genting. Tak habis akal, akhirnya WOW memutuskan untuk memutar video kampanye dan video musik VOB sepanjang festival tersebut berlangsung. Metode ini terbukti berhasil memperkenalkan VOB ke ribuan pengunjung WOW London 2022.

Sepanjang residensi berlangsung, WOW dan VOB secara rutin saling bertukar kabar sekaligus berbagi perkembangan terbaru terkait proyek musik ini. Rasa saling percaya yang terpupuk sejak awal antara kedua kelompok ini memungkinkan mereka untuk terus berkarya hingga mampu menghasilkan karya seni berkualitas tinggi meski ditingkahi situasi pandemi.

WOW dan VOB mengaku merasa terhormat atas kesempatan untuk kembali bekerja sama dalam residensi ini. Keduanya pun kembali bersemangat akan prospek kolaborasi mereka ke depannya karena kini VOB direncanakan akan tampil di WOW London 2023. Semoga rencana ini berjalan lancar dan akhirnya tercapai di tahun depan!