By Ivan Bestari

26 September 2023 - 16:21

Ivan Bestari dan Hannah Gibson tersenyum dan berpose di depan kamera di kedua sisi poster Glass Beyond Borders di tempat pameran dan lokakarya, dikelilingi oleh empat orang pengunjung dan anggota panitia acara. ©

© Dok. oleh otakatik.org

Seniman kaca Ivan Bestari (ID) dan Hannah Gibson (UK) menyelenggarakan serangkaian acara untuk mensosialisasikan kaca bekas sebagai media seni, memfasilitasi kolaborasi, dan menggali potensi ragam ekosistem seni kaca di Indonesia.

Seniman kaca di Indonesia tergolong masih sedikit jumlahnya. Hal ini menghadirkan potensi yang ingin kami gali melalui kolaborasi. Hannah dan saya sama-sama bekerja dengan kaca bekas, namun dengan metode yang sangat berbeda. Perbedaan ini memicu banyak diskusi bermanfaat mengenai sejarah dan ekosistem seni kaca di seluruh dunia.

Sejak awal, fokus kami adalah bagaimana memaksimalkan nilai tambah yang kami berikan melalui proyek ini. Masalah utama yang kami hadapi saat memulai adalah bahwa kaca bekas—yang sudah sangat akrab bagi kami berdua—bukanlah bahan yang dikenal oleh para seniman, desainer, maupun perajin.

Solusinya, kami bekerja sama dengan Studio Avatar Yogyakarta, Universitas Kristen Duta Wacana, dan Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) untuk mengadakan serangkaian acara sosialisasi pemanfaatan kaca bekas sebagai media seni.

Pada akhirnya, proyek ini berkembang lebih dari sekadar kolaborasi sederhana antara dua seniman. Kolaborasi ini menjadi Glass Beyond Borders, sebuah proyek yang mempromosikan media artistik baru kepada masyarakat Yogyakarta.

Mensosialisasikan kaca bekas sebagai media seni

Hal pertama yang harus dilakukan untuk mensosialisasikan media seni baru apapun adalah lokakarya. Untuk mencapai tujuan tersebut, kami berkolaborasi dengan Studio Avatar Yogyakarta—yang ahli di bidang seni keramik dan pembuatan kiln—dalam lokakarya tentang proses kiln kaca bekas.

Kami mengadakan total empat lokakarya. Dua diantaranya mengundang mahasiswa dari Jurusan Desain Produk Universitas Kristen Duta Wacana. Dua lainnya terbuka untuk umum, yang kami selenggarakan di Otakatik Creative Work (otatakik.org).

Lokakarya tersebut kami tindak lanjuti dengan acara pameran di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN).

Kami menampilkan hasil eksperimen pengolahan kaca bekas yang dilakukan peserta lokakarya, karya Hannah dan saya sendiri sebagai seniman kaca, serta karya kolaborasi antar peserta.

Kami memamerkan semua alat dan bahan yang kami gunakan sehingga pengunjung dapat memiliki gambaran lebih baik tentang pengolahan kaca bekas. Kami juga mengadakan lokakarya mini tambahan tentang cara mendaur ulang botol kaca dengan memotongnya untuk digunakan kembali. Para pemangku kepentingan memuji inovasi kami dalam pengolahan limbah kaca.

Ivan Bestari dan Hannah Gibson sedang memandu peserta workshop memotong salah satu botol kaca di atas meja dengan alat khusus. Banyak orang berkumpul mengelilingi meja, termasuk seorang wanita, seorang bapak tua, dan seorang lelaki yang sedang memotret kegiatan. ©

© Dok. oleh otakatik.org

Ivan Bestari saat mendemonstrasikan teknik flameworking dengan blowtorch kecil dari meja sudutnya di lokasi lokakarya dan pameran. Dua puluhan pengunjung sibuk memperhatikannya, ada yang memotret, dan ada pula yang berjalan-jalan di latar belakang menyaksikan pameran. ©

© Dok. oleh by otakatik.org

Serangkaian karya seni kaca berbentuk orang-orangan Lego. Yang di sebelah kiri berukuran lebih dari dua kali lebih besar dan memiliki roda gigi serta topi bowler, dan merupakan karya kolaborasi Ivan Bestari dan Hannah Gibson. Enam lainnya yang lebih kecil adalah karya Hannah Gibson. ©

© Dok. oleh otakatik.org

Pajangan karya seni kaca berupa tiga kalung di latar depan dan beberapa aksesoris lainnya di latar belakang. Semuanya merupakan hasil kreasi berbagai peserta workshop. ©

© Dok. oleh otakatik.org

Awal positif dari sebuah ekosistem seni

Terakhir, kami mengadakan sesi bincang seniman di Universitas Kristen Duta Wacana. Kami memberikan panggung kepada peserta lokakarya yang ingin mempresentasikan proses karyanya. Pertunjukan selengkapnya dapat dilihat di sini.

Sesi ini dihadiri oleh para mahasiswa dan staf kampus, serta masyarakat umum yang berasal dari berbagai latar belakang. Kami senang karena ragam pengunjung kami cukup mewakili komunitas lingkungan hidup dan seni di Yogyakarta. Rangkaian acara kami juga diliput oleh beberapa media lokal.

Seniman kaca sangat sedikit jumlahnya di Indonesia, bahkan lebih jarang lagi yang menggunakan media kaca bekas. Oleh karena itu, kami melihat kolaborasi ini sebagai langkah awal untuk mengembangkan kerjasama lebih lanjut, dan pada akhirnya membangun ekosistem seni kaca yang lebih beragam di tanah air