By Rachel Ella Taylor

27 September 2023 - 14:17

A group photo of around thirty workshop participants of various ages and genders posing happily for the camera, with some holding up their black-and-white artworks of floral motives. Text on the back wall says “Indonesia Specialty Coffee”. ©

Doc. by Dewa Juliana.

Rachel Ella Taylor (UK) bekerja sama dengan Bell Society (ID) dan Anomali Coffee membuat lokakarya dan instalasi seni yang terbuat dari bahan limbah kopi organik maupun plastik dalam sebuah proyek ekonomi sirkular yang inovatif.

Coffee Shop Culture adalah proyek ekonomi sirkular yang saya buat sebagai cara untuk menantang diri saya dan kolaborator saya, Bell Society, untuk mendorong peserta dari Indonesia membuat karya indah dari produk limbah industri kopi. Nilai-nilai kebersinambungan (sustainabilitas) yang kami berdua yakini menjadikan visi kami jelas dan sederhana: merevolusi produksi kopi dan menghasilkan barang-barang inovatif dan indah dari produk limbah dengan memadukan seni, kerajinan, komunitas, dan kebersinambungan.

Bersama penduduk setempat, saya dan Bell Society bersama-sama menciptakan instalasi seni yang terbuat dari 100% bahan limbah kopi organik dan plastik. Karya seni ini memanfaatkan kombinasi Eco-foil saya (terbuat dari plastik sekali pakai dan kemasan kopi logam) dan kulit kopi vegan M-Tex milik Bell Society (terbuat dari limbah kopi organik).

Bahan-bahan tersebut juga diproduksi dengan dampak minimal terhadap planet ini. Bell Society menjemur lembaran M-Tex mereka sementara saya memproses dan memotong setiap elemen karya seni saya dengan tangan.

Merayakan persatuan dan kebersinambungan

Rantai kafe kopi terkemuka, Anomali Coffee, menyediakan limbah bubuk kopi untuk M-Tex milik Bell Society. Mereka juga bermurah hati bermitra dengan kami untuk menyelenggarakan lokakarya dan instalasi.

Untuk kegiatan lokakarya, saya terlebih dahulu menyiapkan panel berikut desain bunga dan tanaman untuk dirangkai oleh para peserta. Panel-panel tersebut nantinya akan digabungkan pada instalasi finalnya dengan teknik pelapisan manual.

Peserta yang mendaftar untuk bersama-sama menciptakan karya seni tersebut amat beragam, mulai dari masyarakat umum hingga ahli teknologi material, pelajar, ilmuwan, arsitek, dan pelanggan tetap Anomali. Mereka menggunakan Eco-foil dan M-Tex untuk menyalurkan kreativitas dalam sebuah tim desain untuk menyaring, memotong, menjahit, menstaples, dan menempelkan daun dan bunga karya kopi satu per satu.

“Kami menyaksikan puncak dari kolaborasi kami saat ampas kopi dari gerai kami diubah menjadi kulit buatan dan dihidupkan dalam instalasi yang menakjubkan,” kata Irvan Helmi, CEO Anomali Coffee. “Instalasi ini mencerminkan esensi warisan kopi kami dan merayakan persatuan dan sustainabilitas.”

Sebuah penghormatan terhadap budaya Bali

Ekologi Bali yang dinamis serta komitmen masyarakatnya yang mendalam terhadap pelestarian lingkungan menjadi latar sempurna untuk kolaborasi kami. Dalam hiruk pikuk alam dan budayanya, Bali adalah tempat yang sempurna untuk memicu perbincangan tentang harmoni hidup berdampingan antara manusia dan planetnya.

Saya ingin karya seni ini memberi penghormatan kepada warisan budaya dan kerajinan Bali. Seluruh karya seni kami rangkai dan tenun menjadi satu menggunakan staples dan jahitan tangan, teknik yang saya adaptasi dari tradisi Bali seperti anyaman daun lontar dalam pembuatan Canang Sari (persembahan harian umat Hindu Bali di dalam keranjang daun kecil yang dapat dilihat menghiasi jalanan, pintu masuk ke pura, rumah, bisnis, dan dasbor mobil di seluruh pulau).

Sepasang tangan Rachel Ella Taylor yang sedang merakit elemen siap pakai bermotif bunga dan dedaunan berwarna hitam-putih untuk karya seninya. ©

Dok. oleh Rachel Ella Taylor.

Dua pasang tangan peserta lokakarya yang bersama-sama menciptakan karya seni dari elemen bunga dan tumbuhan berwarna hitam-putih yang telah disiapkan sebelumnya. ©

Dok. oleh Rachel Ella Taylor.

Empat peserta lokakarya berkumpul di meja panjang bersama-sama menciptakan karya seni dari elemen bunga dan tumbuhan hitam-putih yang telah dibuat sebelumnya. Di belakang mereka, terlihat enam peserta lokakarya lagi, tiga di antaranya sedang mengerjakan karya seni mereka sendiri. ©

Dok. oleh Rachel Ella Taylor.

Tim Coffee Shop Culture duduk di depan salah satu instalasi di Anomali Coffee. Dari kiri ke kanan ada Irvan Helmi (CEO Anomali), Semeru (Bell Society), Rachel Ella Taylor, dan Arka Irfani (Bell Society). ©

Dok. oleh Dewa Juliana.

Gabungan kreativitas dan kesadaran terhadap alam

Coffee Shop Culture menunjukkan bagaimana—dengan sedikit kepedulian, ilmu pengetahuan, kreativitas, dan kerja tim—kita dapat mengubah sampah menjadi harta karun.

“Bersama-sama, kami menciptakan narasi ‘seni kolektif budaya kopi’, yang menyatukan esensi budaya kopi dengan dedikasi kami terhadap sustainabilitas. [Anomali Coffee Ubud] menjadi titik tempat meleburnya ide-ide, tempat tumbuhnya perpaduan kreativitas dan kesadaran terhadap alam,” kata Irvan Helmi.

“Proyek ini lebih dari sekedar seni—ini adalah pernyataan komitmen kita bersama untuk menciptakan dunia yang lebih baik, selangkah demi selangkah.”